WHO Sebut Remdesivir Tak Manjur Sembuhkan Pasien Covid-19
Penelitian Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menemukan jika remdesivir tak banyak berdampak untuk memperpendek masa perawatan pasien Covid-19 di rumah sakit, atau pun pada kesembuhan mereka.
"Remdesivir ini, hidroklorokuin, lopinavir, dan regimen intercerin memiliki sedikit dampak atau bahkan tidak ada, pada pasien Covid-19 di rumah sakit. Indikasinya dari jumlah kematian, penggunaan ventilator, dan masa tinggal di rumah sakit," kata penelitian yang telah diterbitkan di Medrxiv itu. Namun hasil ini belum menjalani review rekan sejawat.
Penelitian itu mengamnbil tempat secara acak di 405 rumah sakit di 30 negara dan melibatkan 11.266 pasien. Sebanyak 2.750 pasien diberikan remdesivir, 945 hidroklorokuin, 1.411 lopinavir, 651 interferon dan lopinavir, 1.412 hanya interferon, dan 4.088 tak diberikan satu pun di antara obat itu.
Hasil penelitian ini membuat sejumlah ilmuwan lain kecewa. "Sayangnya penelitian ini menghasilkan jika manfaat remdesivir hampir tidak ada," kata Julie Fischer, rekan peneliti di Universitas Georgetown pada Al Jazeera.
Sementara, mengomentari penelitian itu, produsen remdesivir, Gilead Sciences mengatakan jika data dari penelitian dikhawatirkan tak melaluli proses mendetil, dan tak ada kesimpulan yang jelas yang bisa diambil dari penelitian itu. "Data WHO terlihat tak konsisten dengan sejumlah bukti meyakinkan lain dari hasil acak dan random. Penelitian yang terkontrol dan telah diterbitkan pada jurnal yang melalui review rekan sejawat memvalidasi manfaat remdesivir," tulisnya pada Reuters.
Remdesivir awalnya dikembangkan untuk mengobati Ebola, oleh pabrik farmasi Amerika Serikat, Gilead Sciences. Obat ini juga dikonsumsi oleh Donald Trump saat sakit, selain menggunakan hidroklorokuin, seperti juga Presiden Brazil Jair Bolsonaro. (Alj)