Whisnu Sakti: Pemimpin Surabaya Harus Fasilitatif Leadership
Masa kepemimpinan pasangan Tri Rismaharini dan Whisnu Sakti Buana sebagai pemimpin Kota Surabaya sebentar lagi purna. Kinerja keras keduanya yang telah dibangun selama dua periode, masih perlu penambahan untuk lebih baik.
Kedepan, Surabaya harusnya lebih melibatkan peran aktif masyarakat dalam pembangunan. Berdasarkan pengalaman Wakil Walikota Surabaya Whisnu Sakti Buana, bentuk partisipasi masyarakat saat ini jauh lebih meningkat.
’’Bahwa saat ini partisipasi warga Surabaya sudah luar biasa,’’ kata Whisnu saat menjadi narasumber diskusi daring bertemakan "Surabaya Jangan Ambyar, Surabaya Madani", Jumat 13 November 2020 malam.
Menurut Whisnu yang telah tujuh tahun mengabdi sebagai orang nomor dua di Surabaya, secara struktur birokrasi di tubuh Pemkot Surabaya sudah cukup baik.
Hal ini ditandai dengan pelayanan publik dan penataan kota yang kian cantik sehingga menjadi daya tarik tersendiri.’’Tinggal bagaimana pemimpin Surabaya berikutnya bisa menggali peran serta warga. Khususnya di perkampungan,’’ terang politisi PDI Perjuangan yang akrab disapa WS ini.
Sebagai kota dengan kultur egaliter yang didominasi perkampungan, pemimpin Surabaya ke depan harus memiliki istilah telinga lebar. Yakni, mau mendengar dan mengajak masyarakat untuk melakukan problem solving bersama.
Sebab, peran serta masyarakat perkampungan sudah cukup mandiri. Itu dibuktikan dari program-program pemkot sejak era Bambang DH hingga Risma.
Program pavingisasi, pemberdayaan Usaha Kecil Menengah (UKM) Kampung Lontong, Kampung Dinamo, hingga penataan taman menjadi bukti bahwa Surabaya layak sebagai yang patut dicontoh.
WS menambahkan, bagaimana rencana program membumikan Tri Sakti Bung Karno yang digagasnya pada 10 November tahun lalu saat running dalam pencalonan sebagai Walikota Surabaya, bisa menjadi keberlanjutan.
Program tersebut di antaranya, berdaulat secara politik yang melibatkan warga kampung untuk bisa mengembangkan potensi kampung sebagai identitas kultur Surabaya.
Berdikari secara ekonomi, dengan penataan UKM dan Pedagang Kaki Lima (PKL) yang mampu membuat warga Surabaya mandiri. Serta berkepribadian dalam budaya, untuk melibatkan peran serta warga, pemuda, seniman dalam festival aspirasi.
"Jika ini dilakukan oleh Pemimpin selanjutnya, siapapun yang terpilih. Bisa menjadikan Surabaya lebih berkembang," kata dia.
Hal senada juga diakui oleh Wakil Wali Kota Surabaya periode 2005-2010, Arif Afandi. Ia menerangkan pencapaian prestasi kota sudah bisa dibuktikan. Bahkan, pola pengembangan dan penataan infrastruktur daerah lain sudah banyak meniru Surabaya.
Mantan Pemimpin Redaksi Harian Jawa Pos ini menambahkan, yang perlu dipikirkan mendatang adalah bagaimana pemimpin selanjutnya bisa memikirkan konten untuk mengisi pembangunan yang sudah dilakukan.
"Tapi jujur Surabaya ini pengalaman saya saat menjabat Wawali teman-teman di birokrasi pinter dan hebat. Namun, tidak semua itu bisa dipahami secara detail," kata CEO Ngopibareng.id itu.
Diskusi daring yang diprakarsai Bengkel Muda Surabaya ini dipandu oleh jurnalis senior Hety Palestina Yunani. Kegiatan tersebut memasuki sesi ke sembilan.
Agenda berdurasi hampir satu jam lebih ini dihadiri oleh berbagai tokoh dan akademisi. Di antaranya, pakar tata kota Prof. John Silas, tokoh cagar budaya Freddy H Istanto, serta para seniman Surabaya.