We Cannot Escape History, Happy Birthday Bung Karno
Judul itu adalah perkataan Abraham Lincoln yang dikutip Bung Karno agar kita tetap mengingat dan tidak boleh melepaskan diri dari sejarah. Kalimat itu juga ditandaskan Bung Karno di saat bangsa ini berumur sewindu. Hari ini adalah hari kelahiran Bung Karno, tokoh besar negeri ini yang kerap pikirannya sering disalahpahami, bahkan oleh pengikutnya sendiri.
Sukarno adalah manusia yang selalu berfikir progresif. Pada umur bangsa yang sewindu--- setelah Proklamasi itu, Sukarno bergumam sendiri, "Adakah di antara kita yang tidak senang lagi kepada pekerjaan itu, dan merasa jemu, sambil berkata: “Sudah satu windu bernegara, kok masih begini saja”?
Ya, sudah satu windu kini kita bekerja sejak kita ikrarkan Proklamasi, tetapi berapa lamakah satu windu kalau kita bandingkan dengan perjoangan yang berpuluh-puluh tahun, dan apa arti satu windu kalau kita tempatkan dalam perhitungannya Sejarah?
Itu pertanyaan retoris Presiden Pertama Republik ini, untuk menyemangati bangsanya kala itu. Bung Karno selalu menempatkan waktu yang pendek dalam bentangan sejarah perjuangan bangsa yang panjang.
Lelaki perlente yang kerap mempesona itu, kembali bergumam sendiri, "Wahai, juga kita, juga engkau, juga aku, juga seluruh bangsa Indonesia, tak dapat melepaskan diri dari sejarah, – Sejarah, yang dalam abad
keduapuluh ini makin nyata makin tampak menunjukkan coraknya dan arahnya. Ialah corak dan arah bangkitnya golongan-golongan-manusia yang tertindas dan bangkitnya bangsa-bangsa yang terjajah. Corak-dan-arah Revolusi Kemanusiaan dan Revolusi Kebangsaan, corak-dan-arah matinya perbudakan dan matinya penjajahan, corak-dan-arah berdirinya negara-negara di dunia Timur. Corak-dan-arahnya persamaan manusia dan persamaan bangsa.
Dan memang kita bangsa Indonesia di waktu yang lampau telah benar-benar ikut berjalan dalam corak-dan-arahnya Sejarah itu, ikut berjalan dalam Maha-Iramanya Sejarah itu, naik gunung turun gunung, naik gelombang turun gelombang, naik badai turun badai, naik taufan turun taufan, sampai akhirnya kita datang kepada tempat yang sekarang ini.
Tetapi Sejarah tidak berhenti, Sejarah tidak pernah berhenti, ia berjalan terus, berjalan terus dengan mengiramakan Maha-Iramanya yang dahsyat itu, dan lagi-lagi kita “cannot escape history” – lagi-lagi kita tak dapat melepaskan diri dari jalannya Sejarah itu.
Hayo bangsa Indonesia, dengan jiwa yang berseri-seri mari berjalan terus! Jangan berhenti, Revolusimu belum selesai! Jangan berhenti, sebab siapa yang berhenti akan diseret oleh Sejarah, dan siapa yang menentang corak-dan-arahnya Sejarah, tidak ferduli ia dari bangsa apapun, ia akan digiling-digilas oleh Sejarah itu sama sekali.
Kalau fihak Belanda menentangnya, dengan misalnya tetap tidak mau menyudahi kolonialismenya di Irian Barat, satu hari akan datang entah besok atau lusa, yang ia pasti digiling-gilas oleh Sejarah, tetapi sebaliknyapun, kalau engkau menentangnya, engkaupun akan digiling-gilas oleh Sejarah.
Terutama sekali engkau, hai pemuda-pemudi Indonesia, engkau dari generasi yang sekarang, yang mungkin belum pernah dengan sedar mengalami ikut berjalan dalam perjalanan Sejarah itu, sudahkah engkau menginsyafi bahwa segera akan datang saatnya yang engkau juga harus ikut berjalan?
Dan engkau pemuda-pemudi yang sudah ikut berjalan, sudahkah engkau berasa-berfikir-bertindak sedemikian rupa, sehingga engkau merasakan dirimu itu seolah-olah hidup dalam obsesi, merasakan dirimu itu alat-alat Sejarah, alat-alat yang berjiwa, yang dengannya Sejarah itu menggempur kekolotan dan ketamakan.
Pikiran progresif yang panjang itu sedianya mampu menyemangati seluruh komponen bangsa Indonesia saat ini. Pikiran itu masih sangat relevan untuk kita renungkan, hidupkan dalam alam nyata kemerdekaan kita yang ke-75 ini. Di hari kelahiran Bung Karno ini adalah saat yang tepat untuk membereskan kembali arah bangsa.
Indonesia harus betul-betul berdiri di atas kakinya sendiri. Di atas kemampuan diri sendiri di tengah semua bangsa di dunia sedang kerepotan dengan dirinya sendiri.
Inilah momentum yang agung untuk kembali mendefinisikan secara lebih tegas apa arti kemerdekaan bangsa ini. Kemerdekaan yang sebenar-benarnya merdeka. Bukan kemerdekaan yang penikmatnya adalah orang lain, orang asing. Kita tidak boleh menyerahkan nikmatnya kemerdekaan bangsa ini kepada orang lain. Sebab itu adalah pengkhianatan tidak saja.pada bangsa Indonesia, tetapi juga pengkhianatan pada pejuang kemerdekaan, juga pada sejarah itu sendiri.
Mari kita kembali berfikir tentang indahnya kemerdekaan, pada keinginan kuat untuk mengisinya dengan sepenuh jiwa. Hal itu sangatlahboenting karena itu adalah wujud tanggung jawab kita pada para pejuang sekaligus pada sejarah bangsa yang panjang. Bangsa yang telah menukar penderitaan panjang nya untuk kemerdekaan yang sejati. Jika kita khianati bangsa ini, tentu akan sedih para nenek moyang kita yang telah mengorbankan segalanya itu.
Di hari ulang tahun kelahiran Bung karno ini, kita harus kembali memompa semangat apakah perjalanan bangsa ini sudah sesuai dengan mimpi mimpinya atau tidak. Sesuai dengan cita-cita para pejuang atau tidak. Sesuai dengan konstitusi negara atau tidak. Sesuai dengan falsafah negara Pancasila atau tidak. Sesuai cita-cita luhur bangsa atau tidak. Sudah maju atau tidak. Sudah berkembang atau nyungsep. Sudah mandiri atau hanya dikebiri.Sudah digjaya atau justru tak berdaya.
Mari kita rumuskan ulang arah bangsa ini agar kita bisa berdiri sama tegak dengan bangsa lain. Mari kita benahi langkah kita, agar tidak lagi terhuyung-huyung memikul beban hutang, akibat kecerobohan para pemimpinnya. Mari kita koreksi, agar aksi-aksi bangsa ke depan mampu memberi lentera yang terang bagi kemajuan. Mari kita dekatkan kembali anak-anak bangsa yang terserak oleh sempitnya wawasan akan arti perbedaan kepentingan pragmatis politik. Mari kita lebarkan kepak sayap garuda bangsa agar bisa terbang tinggi, menghirup udara baru yang tanpa polusi. Kita harus menjadi bangsa yang sehat, gagah nan perkasa jangan jadi bangsa yang lembek dan tidak mandiri. Jangan jadi bangsa yang suka merengek-rengek seperti anak kecil yang minta dibelikan mainan.
Kita harus menjadi bangsa yang terbuka dan dewasa. Bukan bangsa pengemis yang menunggu belas kasih dan rasa iba. Kita adalah bangsa yang merdeka nan kaya raya, tidak pada tempatnya kita selalu berhutang pada bangsa yang tidak lebih kaya daripada kita.
Di hari Ulang tahun kelahiran Proklamator Bung Karno ini, kita harus bertekad membunuh sikap rakus mental buruk para penguasa. Kita babat habis budaya korupsi yang membuat bangsa ini tertatih-tatih membiayai hidupnya. Kita juga harus berkata tegas pada mereka yang menyatakan para pencinta Bung Karno, tapi kelakuannya justru bertentangan dengan sikap-sikap dan pengorbanan Bung Karno. Kita harus mampu memberikan suluh kepada mereka yang mengaku mewarisi nilai-nilai perjuangan Bung Karno, namun selalu salah dalam menangkap makna hakiki nilai-nilai kejuangan itu.
Di hari Kelahiran Bung Karno ini kita wajib merenung kembali apa makna sejarah yang panjang itu bagi pergerakan bangsa Indonesia dalam menatap masa depannya. Di hari ini juga kita layak untuk melayangkan doa pada Bung Karno dan kawan-kawan seperjuangan mereka. Tanpa mereka, bangsa ini tidak akan pernah merdeka seperti hari ini. Happy birtday Bung Karno.
Fathorrahman Fadli
(Direktur Eksekutif Indonesia Development Research/IDR, Dosen Fakultas Ekonomi, Universitas Pamulang)
Advertisement