Wayang Khalid Basalamah Dibuat Lelucon, Gus Miftah Dikecam
Sebuah cuplikan video viral di media sosial. Salah satunya setelah diunggah ulang pengguna Twitter bernama @alpukatkocoknim. Video berdurasi 1 menit 29 detik menunjukkan pertunjukan wayang.
Terlihat tokoh Baladewa tampak menghajar wayang menyerupai wajah Khalid Basalamah dengan memakai peci dan berjenggot. Pagelaran wayang tersebut dihelat di Pondok Pesantren Ora Aji milik Gus Miftah pada Jumat, 18 Februari 2022.
Dalang tersebut berkata, “Cangkemmu Bangs**,” katanya seraya menyerang wayang Ustadz Khalid Basalamah.
“Cangkemmu iki cangkem opo c. Yen ra seneng wayang rausah kakean cangkem kowe. Rumangsamu arep dadi opo kowe. Arep dadi opo koe. Howaa, baji**** koe. Monggo-monggo dikepruk-kepruk, Bismillahirrohmanirrokhiim,” lanjutnya.
Diduga menyindir kasus Khalid Basalamah yang sebelumnya viral lantaran menyebut wayang haram. Video tersebut lantas panen hujatan. Warganet menyebut aksi tersebut tidak pantas.
“Ini orang kenapa sih? Emang jadi dalang boleh kayak gini ya?,” tanya akun @ai.
Sementara, pengguna lainnya mengatakan cuplikan video tersebut pantas untuk dihujat.
“Pantes banget buat dihujat. Tata kramanya mana? Kalau memang tidak setuju dengan pendapat Khalid Basalah sampaikan dengan cara santun. Ini kah pertunjukan wayang? Brutal dan merendahkan budaya sendiri?,” celetuk akun @astrihasna.
Terakhir, ada yang menyebut sang dalang kekanakan. “Dalang ini childish banget, mecah belah umat dan mencemarkan nama baik. Pelecehan agama ini, ga ngerti lagi deh. Kok bisa orang kayak gini hidup,” sahut @marcxxx.
Sajak Bernada Sindiran
Senada dengan wayang itu, sebelum pagelaran wayang kulit itu dimulai, Gus Miftah membuka acara dengan pembacaan sajak. Sajak yang diciptakannya ini pun menjadi polemik. Sajak tersebut diduga kuat juga diperuntukkan untuk menyindir pernyataan Khalid Basalamah. Isi sajaknya sebagai berikut:
Sigro milir..sang gethek si nogo bajul..Wah...Begitu pandai iblis itu,menyematkan imamah dan jubah. Dengan warna putih , seakan begitu suci tanpa noda, dengan menghitamkan yang lainnya. Haruskah kuda lumping diganti dengan unta lumping? Haruskah gamelan diganti dengan rebana?
Pohon kelapa diganti dengan pohon kurma? Dan haruskah nama nabi Sulaiman diganti karena mirip kata kata Jawa?
Betapa luas iblis itu menghamparkan hijab dari kekerdilan otaknya hingga menutupi sinar matahari junjungan kita, sebagai nabi alam semesta bukan nabi orang Arab saja.Haruskah wayang diganti film film tentang cerita agama produk asing, yang membiayai setiap jengkal pergerakan dan pemberontakan atas nama agama.
Kamu siapa?Aku tahu jenggotmu panjang tapi belum tua,Wajar tak tahu budaya dan tatakrama. Bagiku lebih nyaman dengan blangkon atau iket dari taplak meja,sebagai penutup kepala ,wujud kerendahan dan ketwadlu'anku belaka, karena jubah ,imamah dan jenggot panjang adalah penampilan bendara atau raja. Sedang aku hanyalah hamba jelata,tak pantas dengan pakaian bendara dan raja.
Karena pintu syurga kini hanya tersisa dan terbuka bagi yang tawadlu' hatinya. Sigro milir sang gethek si nogo bajul.
Tanggapan Gus Miftah
Mengetahui sajak dan pementasan wayangnya viral, pria bernama lengkap Miftah Maulana Habiburrahman itu lantas membuka suara. Gus Miftah menuturkan perbedaan pandangan dalam ilmu itu sesuai yang biasa terjadi. Gus Miftah meminta kepada umat agar bisa memahami dan menghargai perbedaan pandangan tersebut.
"Yang viral atau trending itu tentang sajak saya. Kalau soal kritik ilmu atau perbedaan pendapat itu hal yang lumrah. Jadi ya sah-sah saja gitu loh. Kalau sajak yang saya buat itu tanggungjawab saya sepenuhnya," katanya.
Dia menambahkan, "Yang membesar-besarkan itu kan orang-orang yang mencari keuntungan atau mencoba memancing di suasana seperti ini saja begitu. Ya dan kita sudah terbiasa gitu loh. Katakanlah menurut beliau haram menurut saya tidak, ya kan itu sah-sah saja itu. Salahnya di mana?".
Gus Miftah menyebut wayang tersebut memang dipentaskan di pesantrennya pada Jumat 18 Februari 2022 malam. Terkait konten pementasan sendiri merupakan domain dari sang dalang. Sebagai pemilik tempat, sambung Gus Miftah, dirinya hanya mendapatkan pemberitahuan tentang lakon apa yang akan dipentaskan secara garis besar saja.
"Konten atau lakon atau atraksi di dalam pertunjukan wayang itu domain dan wilayahnya dalang itu sendiri. Pertunjukannya seperti apa itu ya urusan dalang bukan urusan saya. Saya tidak bisa intervensi itu," kata dia
Pentas Wayang Sejak 2012
Pria yang terbiasa dakwah di klub malam itu mengatakan pagelaran wayang merupakan tradisi di pesantrennya. Di mana atraksi panggung itu urusan dalang. Gus Miftah menjabarkan pementasan wayang kulit memang kerap digelar di Ponpes Ora Aji sejak tahun 2012.
Sementara, pentas wayang kulit pada 18 Februari 2022 itu diselenggarakan atas permintaan dari para seniman, dalang maupun pegiat wayang. "Pentas kemarin itu kita lakukan atas permintaan teman-teman seniman untuk bisa urun rembug di pondok saya. Kebetulan saya memang cara dengan seni dan budaya. Karena ada permintaan itu ya sebisa mungkin saya bantu," ucap Gus Miftah.
Netizen Bebas Menginterpretasikan
Pementasan wayang tersebut dihadiri oleh sejumlah dalang dari Solo dan Yogya. Dalang kenamaan Ki Warseno Slenk asal Sukoharjo, Jawa Tengah menginisiasi adanya pagelaran itu. Merujuk detik.com, Warseno Slenk membenarkan dirinya yang tampil dalam video tersebut.
Menurut Warseno, pergelaran wayang bertajuk 'Begawan Lomana Mertobat' itu digelar pada Jumat, 18 Februari 2022 malam lalu. Terkait kemiripan gambar wayang dengan sosok Khalid Basalamah, Warseno menilai setiap penonton berhak menginterpretasikan pertunjukannya.
"Itu kan gambar miring, kalau diinterpretasikan mirip siapa ya hak masing-masing. Lagi pula itu hanya gambar, bisa mirip siapa saja," katanya.
Profil Gus Miftah Diedit Netizen
Mengkutip Republika.co.id, profil Gus Miftah di internet berulang kali diedit netizen. Pada Senin, 21 Februari 2022 ada setidaknya 20 editan yang menjelaskan siapa sebenarnya Miftah Maulana Habiburrahman.
Pada suntingan pertama tanggal tersebut, ada revisi yang menuliskan, "Miftah Maulana Habiburrahman atau lebih dikenal dengan Gus Miftah (lahir 5 Agustus 1981) adalah seorang munafik dan pimpinan Pondok Pesantren Ora Aji di Sleman, Yogyakarta.
Tak lama, kalimat kasar itu kembali direvisi menjadi, "Miftah Maulana Habiburrahman atau lebih dikenal dengan Gus Miftah (lahir 5 Agustus 1981) adalah seorang ustadz dan pimpinan Pondok Pesantren Ora Aji di Sleman, Yogyakarta.
Namun, tak berhenti di sana. Ada lagi pihak yang menghilangkan dan mengedit kata 'ustaz'. "Miftah Maulana Habiburrahman atau lebih dikenal dengan Cak Miftah (lahir 5 Agustus 1981) adalah pimpinan Pondok Pesantren Ora Aji di Sleman, Yogyakarta.
PBNU Sebut Tak Bijaksana
Selain netizen, sederet tokoh turut berkomentar atas viralnya wayang di pagelaran Gus Miftah. Salah satunya adalah anggota DPR Fadli Zon. Mantan aktivis itu mencuit di Twitter sebagai berikut:
"Apa kita harus tertawa puas melihat adegan ini? Harusnya tunjukkan bahwa budaya itu merangkul, menyatukan, menyelaraskan bukan memupuk dendam dan memecah belah," tulisnya.
Sementara, Wakil Sekretaris Lembaga Bahtsul Masail Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LBM PBNU) KH Mahbub Maafi menyebut cara Gus Miftah dalam menanggapi isu wayang yang ramai dibahas sebagai tindakan tidak bijaksana.
Dia menilai membuat wayang menyerupai Khalid Basalamah dan membuat pertunjukan wayangnya adalah berlebihan.
"Jangan dibikin nyinyir, dijawab dengan jawaban satir. Nggak bijak menurut saya, orang itu perlu bijaksana, tapi perlu juga bijak sini. Bijak sana-nya sudah, Ustadz Khalid sudah minta maaf. Bijak sini-nya, nggak usahlah kita bikin yang heboh-heboh seperti ini," jelas Kiai Mahbub.
Menurutnya, Indonesia memiliki banyak persoalan yang lebih utama dibahas dan dicarikan solusinya. "Nggak usah berpolemik soal wayang ini, toh Ustaz Khalid Basalamah sudah meminta maaf, sudah menyadari terkait pendapatnya soal wayang," katanya.
Kiai Mahbub mengatakan perbedaan pendapat merupakan keniscayaan yang perlu ditanggapi dengan cara yang bijak. Seseorang tidak bisa memaksakan pendapatnya kepada orang lain, apalagi membalasnya dengan olokan.
"Orang beda pendapat itu kan biasa-biasa saja. Kita ini susah menghadapi perbedaan pendapat. Ini sama, baik yang setuju dengan wayang maupun yang tidak," katanya.