Wawancara Bambang DH, Diantara Polemik Saleh dan Whisnu
Polemik dua kader penting PDI Perjuangan yaitu Saleh Ismail Mukadar dengan Whisnu Sakti Buana diperkirakan belum selesai dalam waktu dekat. Polemik itu tentang dana pembangunan kantor DPC PDI Perjuangan yang terungkap setelah Saleh Ismail Mukadar memposting surat terbukanya di grup WhatsApp Banteng, yang anggotanya adalah kader-kader PDI Perjuangan.
Whisnu Sakti Buana, yang dalam surat terbuka Saleh Mukadar mengesankan tertuding soal dana yang menurut Salehnya besarnya lebih dari Rp 10 milyar, segera membalas, juga melalui surat terbuka.
Munculnya polemik dua kader yang sama-sama pernah duduk sebagai Ketua DPC PDI Perjuangan Kota Surabaya ini, mengindikasikan adanya kebenaran terhadap dugaan sebagian orang bahwa ada faksi-faksi dalam tubuh PDI Perjuangan, jelang Pilkada Surabaya September mendatang.
Tentang polemik Saleh dan Wisnu, Ngopibareng.Id mewancarai Bambang DH, tokoh elit PDI Perjuangan, yang ketika rencana pembangunan kantor DPC dicanangkan, menjabat sebagai Walikota Surabaya. Berikut hasil wawancaranya:
Sesama kader PDI Perjuangan Saleh Ismail Mukadar dan Whisnu Skati Buana sedang berpolemik soal dana untuk membangun kantor DPC. Bagaimana Anda melihat polemic sesama mantan Ketua DPC PDI Perjuangan Kota Surabaya ini?
Polemik saya anggap hal yang wajar.
Persoalan rencana membangun kantor DPC itu terjadi saat Anda menjadi Walikota Surabaya?
Ya ... sebenarnya sudah saya carikan tanah di Jemursari. Saat akan dibangun ternyata ditolak warga
Secara independen, bagaimana Anda melihat persoalan ini? Bisa Anda jelaskan bagaimana persoalan yang sebenarnya?
Kalau yang saya baca di medsos, apa yang disampaikan Pak Saleh benar
Penjelasan Anda cenderung mendukung apa yang disampaikan Saleh Ismail Mukadar?
Ini bukan persoalan dukung-mendukung tapi kebenaran harus disampaikan.
Bagaimana Anda menilai klarifikasi yang disampaikan Whisnu Sakti Buana melalui surat terbukanya menjawab surat Saleh Ismail Mukadar?
Kebenaran mestinya tidak dibaca untung-rugi
Sebagai salah satu elit DPP PDI Perjuangan, bagaimana sebaiknya solusi yang harus ditempuh, menurut Anda?
Ya diselesaikan secara internal. DPC bisa jadi penengah
Bukankah polemik ini cenderung menjadi polemik pribadi? Bagaimana Anda melihat dari sisi kepentingan PDI Perjuangan?
Ya, partai dirugikan.
Polemik sesama kader PDI Perjuangan ini terjadi menjelang Pilkada Kota Surabaya, menurut Anda apakah berpengaruh atau tidak terhadap PDI Perjuangan?
Sedikit banyak pasti berpengaruh. Oleh karena itu DPC mesti cepat tangani.
Pertanyaan terakhir. Secara obyekti polemik ini akan merugikan Whisnu Sakti Buana, kader PDI Perjuangan, yang berniat maju Pilkada Subaya. Bagaimana menurut Anda?
Kalau merasa dirugikan mesti segera aktif selesaikan. Perlu saya tambahkan satu hal lagi, kalau ada statemen bahwa Wisnu atau keluarga Pak Cip (Sutjipto, mantan Sekjen DPP PDI Perjuangan yang tidak lain adalah ayah Whisnu Sakti Buana – red) yang pernah menyerahkan dana kepada saya untuk pencalonan saya sebagai Gubernur Jatim tahun 2013, hal itu sama sekali tidak benar. Saya tidak pernah menerima dana itu, bisa dicek pada pembukuan tim DPD, tidak pernah ada dana itu.
Terima kasih.
Sama-sama. (m.anis)