Waspadai Penyakit Liptopirosis ketika Musim Hujan
Setiap musim hujan tentu akan banyak genangan air. Tak disadari air hujan tersebut dapat memicu penyakit, salah satunya adalah penyakit Liptopirosis. Mungkin bagi beberapa orang nama Liptopirosis masih asing di telinga.
Sebagai informasi, sebuah bakteri Leptospira bisa menyebar melalui air kencing atau darah hewan yang terinfeksi, bakteri tersebut bisa lewat hewab tikus, sapi, anjing, dan babi. Dan biasanya dapat menjangkit manusia lewat air, atau tanah yang telah terkontaminasi.
Ketika musim hujan, biasanya orangtua akan melarang anak-anaknya bermain air hujan karena masih percaya jika air hujan dapat mengundang sakit seperti flu, batuk, dan sebagainya, namun sebenarnya hal tersebut bukan disebabkan oleh air hujan tetapi oleh adanya bakteri atau virus yang masuk ke dalam tubuh.
Apa itu Liptospirosis?
Leptospirosis merupakan salah satu penyakit yang sering muncul ketika musim hujan, yakni penyakit yang disebabkan oleh bakteri leptospira yang menyerang hewan dan manusia, dan ditularkan ke manusia melalui kontak dengan air, tanah, atau lumpur yang terkontaminasi oleh urin tikus yang terinfeksi leptospira, namun, infeksi ini tidak bisa ditularkan dari satu orang ke orang lain, jadi hanya bisa ditularkan oleh hewan yang terinfeksi saja. Gejala leptospirosis ini biasanya muncul secara tiba-tiba, sekitar 5-14 hari setelah tubuh terinfeksi.
Selain itu, penyakit leptospirosis tersebut lebih banyak ditemukan di area dengan pemukiman kumuh, atau daerah yang tidak memiliki saluran air dan sanitasi yang baik. Sehingga ketika sedang beraktivitas di luar ruangan, seperti tempat yang basah dan lembap, atau sering melakukan kontak dengan binatang juga dapat meningkatkan risiko tertular penyakit ini.
Penyebab Liptospirosis
Liptospirosis dapat hidup selama beberapa tahun di ginjal hewan tersebut tanpa menimbulkan gejala, seperti pada hewan, anjing, babi, kuda, sapi, dan tikus. Selama berada di dalam ginjal hewan, bakteri Leptospira sewaktu-waktu dapat keluar bersama urine sehingga akan mengontaminasi air dan tanah, dan dapat bertahan dalam hitungan bulan atau tahun. Penularan pada manusia dapat terjadi akibat:
1. Kontak langsung antara kulit dengan urine hewan pembawa bakteri Leptospira.
2. Kontak antara kulit dengan air dan tanah yang terkontaminasi urine hewan pembawa bakteri Leptospira.
3. Konsumsi makanan yang terkontaminasi urine hewan pembawa bakteri penyebab leptospirosis.
Bakteri Leptospira juga bisa masuk ke dalam tubuh melalui luka terbuka, bisa masuk melalui mata, hidung, mulut, dan saluran pencernaan.
Faktor Risiko Liptospirosis
Penyakit liptospirosis biasa dipicu oleh beberapa faktor, dan banyak ditemui di negara tropis dan subtropis, seperti Indonesia, karena memiliki jenis iklim yang panas dan lembap sehingga dapat membuat bakteri Leptospira bertahan hidup lebih lama. Berikut faktor risiko dari penyakit liptospirosis.
1. Menghabiskan sebagian besar waktunya di luar ruangan, seperti pekerja tambang, petani, dan nelayan.
2. Sering berinteraksi dengan hewan, seperti peternak, dokter hewan, atau pemilik hewan peliharaan.
3. Memiliki pekerjaan yang berkaitan dengan saluran pembuangan atau selokan.
4. Tinggal di daerah rawan banjir.
5. Sering melakukan olahraga atau rekreasi air di alam bebas.
Gejala Penyakit Liptospirosis
Pada beberapa kasus, gejala liptospirosis tidak muncul sama sekali, namun, pada kebanyakan penderita, gejala akan muncul dalam 2 hari sampai 4 minggu setelah terpapar bakteri Leptospira yang ditandai dengan gejala berikut.
1. Demam dan menggigil
2. Batuk
3. Diare, muntah, atau keduanya
4. Sakit kepala
5. Nyeri otot, terutama di bagian punggung dan betis
6. Ruam pada kulit
7. Mata merah dan iritasi
8. Penyakit kuning
9. Sulit buang air kecil
10. Pembengkakan pada tangan dan kaki
11. Perdarahan, seperti mimisan atau batuk berdarah
12. Nyeri dada
13. Sesak napas
14. Jantung berdebar-debar
15. Lemas dan keringat dingin
16. Sakit kepala dan leher kaku
Komplikasi Penyakit Liptospirosis
Meski bisa sembuh dengan sendirinya, jika penyakit liptospirosis dibiarkan dan tidak diobati, dapat mengakibatkan:
1. Cedera ginjal akut
2. Trombositopenia
3. Perdarahan saluran cerna
4. Perdarahan paru-paru
5. Stroke hemoragik
6. Gagal hati
7. Penyakit Kawasaki
8. Rhabdomyolysis atau kerusakan otot rangka
9. Uveitis kronis
10. Penggumpalan darah yang tersebar di seluruh tubuh
11. ARDS atau acute respiratory distress syndrome
12. Syok septik
13. Gagal jantung
14. Keguguran pada ibu hamil
Liptospirosis Berpotensi Menyebabkan Masalah pada Otak
Penyakit Liptospirosis juga berpotensi untuk menyebabkan masalah pada organ otak, yang melibatkan korteks serebral dan meningo-ensefalitis, dan hal tersebut berisiko menyebabkan perubahan pada kondisi mental penderitanya, bahkan dapat berujung pada kematian.
Memicu Infeksi Pada Organ Paru-paru
Infeksi bakteri Leptospira kemungkinan dapat mengakibatkan terjadinya masalah pada paru-paru, salah satunya adalah diffuse alveolar hemorrhage, yang menyebabkan paru-paru tidak berfungsi dengan baik, serta berisiko mengakibatkan sulit bernapas.
Pencegahan Penyakit Liptospirosis
Untuk mencegah dan mengurangi risiko penyebaran infeksi leptospirosis, diantaranya.
1. Mengenakan pakaian pelindung, sarung tangan, sepatu bot, dan pelindung mata ketika bekerja di area yang berisiko menularkan bakteri Leptospira
2. Menutup luka dengan plester tahan air, terutama sebelum kontak dengan air di alam bebas
3. Menghindari kontak langsung dengan air yang terkontaminasi, seperti berenang atau berendam
4. Mengonsumsi air minum yang sudah terjamin kebersihannya
5. Mencuci tangan setiap sebelum makan dan setelah melakukan kontak dengan hewan
6. Menjaga kebersihan lingkungan dan memastikan lingkungan rumah bebas dari tikus
7. Melakukan vaksinasi hewan peliharaan atau ternak
Pengobatan Penyakit Liptospirosis
Pengobatan umumnya ditujukan untuk meredakan gejala dan mencegah komplikasi, berikut beberapa langkah pengobatan yang bisa dilakukan untuk penderita leptospirosis:
- Pemberian Obat
1. Obat antibiotik, seperti penisilin, amoxicillin, ampicillin, doxycycline, atau azithromycin
2. Obat penurun demam dan pereda nyeri, seperti paracetamol atau ibuprofen
- Perawatan di Rumah Sakit
1. Infus cairan, untuk mencegah dehidrasi pada penderita yang tidak bisa minum banyak air
2. Pemberian vitamin K, untuk mencegah perdarahan
3. Pemasangan ventilator, jika pasien mengalami gagal napas
4. Pemantauan terhadap kerja jantung
5. Transfusi darah, jika terjadi perdarahan berat
6. Hemodialisis atau cuci darah, untuk membantu fungsi ginjal
Advertisement