Waspadai Mastitis, Kendala bagi Para Ibu Menyusui
Mastitis adalah salah satu keluhan yang banyak dialami oleh para ibu menyusui. Kondisi ini biasanya membuat ibu yang sedang menyusui merasa tidak nyaman hingga rasa sakit ketika sedang menyusui.
Kondisi mastitis pada ibu menyusui disebabkan karena adanya peradangan di jaringan payudara. Penyebabnya juga beragam, seperti infeksi, saluran susu yang tersumbat, hingga beberapa faktor pemicu lainnya. Untuk itu, kondisi tersebut harus diberikan penanganan dan dicegah agar tidak mengganggu proses mengASIhi antara ibu dengan bayi.
Berikut ulasan tentang mastitis dan cara mengatasinya yang telah dirangkum oleh Ngopibareng.id.
Definisi Mastitis
Mastitis adalah infeksi pada satu atau lebih saluran payudara. Kondisi ini biasanya berhubungan dengan proses menyusui dan dapat menyebabkan sakit parah jika tidak terdeteksi dan diobati secepatnya.
Infeksi yang muncul karena menyusui ini juga dikenal dengan istilah mastitis laktasi. Mastitis termasuk satu dari berbagai masalah ibu menyusui dan tantangan menyusui.
Meski kasus mastitis seringnya terjadi pada ibu menyusui, wanita yang belum pernah melahirkan dan menyusui serta wanita yang memasuki masa menopause bisa mengalaminya juga.
Sebanyak 2-3 persen wanita menyusui terkena mastitis dalam waktu 6-12 bulan pertama setelah melahirkan atau selama menyusui.
Penyebab Mastitis
Secara umum, mastiti disebabkan oleh beberapa hal yang rentan dialami oleh ibu menyusui.
1. Saluran susu tersumbat
Sebelum air susu ibu (ASI) dikeluarkan oleh puting, ASI melalui proses panjang terlebih dahulu sampai akhirnya bisa memberikan bayi dan ibu manfaat. ASI yang dihasilkan oleh kelenjar payudara, termasuk ASI eksklusif, kemudian dialirkan oleh saluran ASI sampai bermuara di tempat terakhir yakni puting susu.
Dalam kondisi tertentu, saluran tersebut bisa tersumbat sehingga menyebabkan ASI menumpuk di dalam payudara. Semakin banyak jumlah ASI yang menumpuk, tentu semakin berisiko menimbulkan peradangan.
Ini kemungkinan dikarenakan penumpukan ASI memicu timbulnya tekanan yang secara tidak langsung, seperti memaksa atau mendorong ASI untuk masuk ke saluran yang tersumbat.
Adanya sumbatan pada saluran susu sebenarnya tidak terjadi begitu saja. Faktor isapan bayi yang tidak menempel (latch on) dengan tepat pada puting payudara selama menyusu bisa membuat saluran susu tersumbat sehingga menjadi penyebab mastitis.
Faktor isapan ini bisa dipengaruhi oleh masalah bayi saat menyusui seperti tongue-tie atau kelainan pada lidah. Terbiasa menyusu di salah satu payudara saja juga bisa mengakibatkan saluran susu tersumbat.
2. Infeksi bakteri
Jika saluran susu tersumbat tidak melibatkan bakteri, penyebab mastitis karena infeksi tentu dipicu oleh hadirnya bakteri. Bakteri memang umum ada di kulit setiap orang, tapi sebenarnya tidak berbahaya.
Infeksi bakteri yang menjadi penyebab mastitis bisa masuk ke jaringan payudara karena kulit pada areola atau area sekitar puting mengalami kerusakan. Di sisi lain, ASI yang tersumbat di dalam saluran susu juga dapat mengakibatkan infeksi.
Bukan itu saja, bakteri yang menjadi penyebab mastitis juga bisa berpindah dari mulut bayi yang nantinya mengisap puting payudara, terlebih jika ada luka dan celah pada puting. Akibatnya, bakteri bisa dengan mudah masuk dan memicu infeksi di saluran susu.
3. Penyebab lainnya
Selain karena adanya sumbatan pada saluran susu dan infeksi bakteri, ada hal lain yang bisa menjadi penyebab mastitis, karena ada kemungkinan mastitis bisa dialami oleh wanita yang sedang tidak menyusui.
Bagi wanita yang belum melahirkan dan menyusui, kondisi ini disebut sebagai mastitis periductal. Penyebab mastitis periductal bisa karena adanya infeksi pada payudara. Infeksi ini diawali oleh munculnya peradangan kronis pada bagian bawah puting. Akibatnya, puting bisa terluka, sakit, atau menimbulkan celah, yang memudahkan bakteri untuk masuk ke dalamnya.
Biasanya, mastitis periductal ini terjadi pada wanita usia 20-30 tahun. Sementara mastitis yang dialami oleh wanita yang memasuki atau sudah menopause dikenal dengan nama mastitis ektasia duktus, dikarenakan saluran yang terletak di dalam puting menjadi lebih lebar dan lebih pendek seiring bertambahnya usia.
Faktor Risiko Pemicu Mastitis
Kondisi mastitis jga dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor risiko, di antaranya:
1. Pernah mengalami mastitis sebelumnya
2. Sedang dalam masa menyusui selama beberapa minggu pertama pasca melahirkan
3. Puting payudara sakit dan terluka seperti pecah-pecah
4. Sering menggunakan bra yang terlalu ketat
5. Memberikan tekanan berlebih pada payudara, seperti menggunakan sabuk pengaman terlalu kencang atau membawa tas berat sehingga menghambat aliran ASI
6. Stres dan kelelahan parah
7. Asupan zat gizi harian yang kurang memadai
8. Merokok
9. Selalu menggunakan satu posisi menyusui bayi
Umumnya, mastitis adalah kondisi yang biasa dialami oleh para ibu menyusui terlebih saat ASI tidak keluar sepenuhnya dari payudara dan justru menumpuk di dalam.
Gejala Mastitis
Berikut serangkaian gejala mastitis yang perlu diwaspadai antara lain:
1. Payudara membengkak
Pembengkakan pada payudara adalah salah satu gejala mastitis yang mudah terlihat. Memang, ukuran payudara biasanya cenderung akan membesar saat masa menyusui. Namun, perubahan ukuran payudara yang membesar ini berbeda dengan bengkak karena mastitis.
2. Muncul benjolan pada payudara
Munculnya benjolan pada payudara yang menyebabkan sakit bisa menjadi gejala mastitis. Terkadang, pembengkakan pada payudara juga bisa disertai dengan munculnya benjolan. Benjolan payudara sebagai gejala mastitis dikarenakan adanya penebalan pada jaringan payudara.
3. Payudara terasa nyeri
Nyeri dan panas juga merupakan gejala utama pada payudara yang mengalami infeksi pada saluran susu. Rasa tidak nyaman ini bisa terjadi kapan saja.
Namun, saat ibu sedang menyusui bayi biasanya rasa nyeri dan sakit akan semakin parah termasuk saat disentuh.
4. Payudara memerah
Munculnya benjol dan pembengkakan pada payudara juga diperjelas dengan warna kulit payudara yang kemerahan seperti ruam iritasi. Bahkan, ketika payudara disentuh ada beberapa area yang terasa panas.
5. Payudara gatal
Selain terasa nyeri saat disentuh maupun tidak, gejala mastitis lainnya juga menimbulkan rasa gatal pada area payudara.
6. Terdapat luka pada puting susu atau kulit payudara
Mastitis yang disebabkan oleh infeksi bakteri biasanya terjadi karena adanya luka atau celah kecil tepat pada puting payudara maupun di area payudara sekitar puting.
Luka atau celah tersebut yang kemudian memudahkan bakteri untuk berpindah dan masuk ke dalam payudara sehingga menimbulkan kondisi ini.
7. Ada garis-garis merah pada payudara
Seiring dengan membengkaknya payudara, ibu mungkin melihat munculnya beberapa garis merah pada kulit payudara. Kondisi ini bisa terjadi karena adanya peradangan pada jaringan di dalam payudara. Adapun berbagai gejala pendukung mastitis lain sebagai berikut:
-Demam atau peningkatan suhu tubuh mencapai 38 derajat Celcius atau lebih.
-Tubuh terasa dingin dan menggigil.
-Kelelahan parah.
-Stres dan kecemasan.
-Rasa kurang nyaman pada tubuh.
Cara Mengatasi Mastitis bagi Ibu Menyusui
Apabila mastitis dialami oleh ibu menyusui, maka terdapat hal yang bisa dilakukan untuk mengatasinya, seperti:
1. Jika mengidap mastitis, sebaiknya susui bayi sesering mungkin dengan posisi menyusui yang benar supaya tidak menambah nyeri pada payudara. Jika kamu menunda menyusui atau beralih ke susu formula, maka hal ini membuat gejala mastitis semakin parah;
2. Jika tidak sedang menyusui, maka bisa mempompa ASI dengan menggunakan tangan. Bagi ibu yang mengalami mastitis tidak disarankan untuk memompa menggunakan alat karena akan memperparah rasa nyeri.
3. Kenakan bra yang longgar dan nyaman ketika menyusui. Sebaiknya gunakan bra dari bahan katun yang menyerap keringat.
4. Kompres payudara dengan air hangat untuk mengurangi nyeri, ini biasa membuat ibu lebih rileks, dan memperlancar aliran ASI sehingga penyumbatan berkurang.
5. Pijat lembut payudara untuk memperlancar aliran ASI dan membantu ibu lebih rileks.
6. Pastikan untuk selalu konsumsi makanan bergizi dan cukup minum air putih. Selain itu, beristirahatlah yang cukup selama bayi tidur, hal itu untuk membantu memulihkan kondisi ibu.
7. Minta dokter untuk meresepkan obat pereda nyeri dan demam yang aman dikonsumsi ibu menyusui. Selain itu, ibu menyusui dapat diresepkan antibiotik. Namun, hal ini bisa membuat bayi menjadi lebih gelisah dan mudah rewel.
Mengatasi Mastitis dengan Cara Alami
Selain mengatasi mastitis dnegan cara sebelumnya, adapun cara alami yang dapat dilakukan untuk mengatasinya, yang meliputi:
1. Minyak esensial
Minyak esensial dapat membantu mengatasi mastitis. Misalnya, tea tree oil memiliki sifat antibakteri, antijamur, dan antiradang. Ibu menyusui dapat mengoleskan minyak secara topikal dengan mengencerkannya dengan minyak pembawa, seperti minyak zaitun atau almond.
Namun, penggunaan minyak ini juga tak boleh sembarangan, terutama saat menyusui. Tea tree oil bisa menjadi racun jika tertelan, jadi pastikan untuk membilas area payudara yang mungkin bersentuhan langsung dengan mulut bayi selama menyusui.
2. Bawang putih
Bawang putih memiliki sifat antimikroba alami yang merangsang sistem kekebalan tubuh. Bawang putih bisa dimakan langsung dalam keadaan mentah, dicampurkan pada makanan, atau diminum dalam bentuk suplemen.
4. Konsumsi Vitamin C
Vitamin C membantu penyembuhan luka dan membantu mengisi kembali antioksidan di dalam tubuh. Vitamin C bisa didapat dari suplemen atau makanan kaya vitamin C. Makanan ini meliputi jeruk, paprika, kiwi, brokoli, kentang, tomat, dan banyak lainnya.
Cara Mencegah Mastitis
Untuk mencegah terjadinya kondisi mastitis, ibu menyusui bisa melakukan kebiasaan baik seperti berikut:
1. Susui anak secara bergantian menggunakan payudara kanan dan kiri.
2. Kosongkan payudara untuk mencegah pembengkakan dan sumbatan.
3. Gunakan teknik menyusui yang baik untuk mencegah puting yang sakit.
4. Biarkan puting yang sakit atau pecah-pecah untuk mengering.
5. Pastikan untuk minum banyak air putih untuk mencegah dehidrasi.
Hal yang tidak kalah pentingnya adalah pastikan menjaga kebersihan selama menyusui seperti mencuci tangan, membersihkan puting, dan menjaga bayi tetap bersih.
Advertisement