Waspadai Kasus Polio, Pemkot Kediri Perkuat Petugas Surveilans
Dalam rangka mewaspadai serta antisipasi munculnya penyakit berpotensi wabah, Dinas Kesehatan Kota Kediri menyelenggarakan workshop Hospital Record Review (HRR) dan Penemuan Kasus Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I), Kamis 25 Juli 2024.
Bertempat di salah satu hotel di Kota Kediri, kegiatan ini mengundang 50 peserta yang merupakan dokter spesialis anak, petugas surveilans puskesmas, petugas surveilans rumah sakit, petugas rekam medik, petugas poli syaraf dan petugas poli anak.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Kediri dr Muhammad Fajri Mubasysyir mengatakan, kegiatan ini dilaksanakan sebagai upaya penguatan surveilans dalam penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) Polio serta antisipasi atau mencegah dan mengendalikan munculnya penyakit potensial wabah lainnya.
“Kita ingin meningkatkan kewaspadaan petugas surveilans dalam memantau kasus PD3I di wilayahnya sehingga dapat mencegah timbulnya KLB,” terangnya. Di samping itu, melalui workshop ini dirinya ingin meningkatkan jejaring layanan, menjalin kerjasama, menjalin komunikasi dan kolaborasi antara seluruh layanan kesehatan di Kota Kediri dalam penemuan kasus PD3I.
“Kami berharap ada peningkatan jejaring layanan khususnya surveilans, untuk itu kita juga sudah bersurat kepada rumah sakit pemerintah ataupun swasta terkait pembentukan tim Surveilans Aktif Rumah sakit (SAR). Nantinya dengan adanya tim ini dan SK dari kepala rumah sakit diharapkan kegiatan surveilans bisa lebih optimal, pembagian tugas bisa lebih jelas sehingga surveilans bisa aktif dan berjalan dengan baik,” tuturnya.
dr Fajri menjelaskan, PD3I merupakan penyakit yang bisa dicegah dengan imunisasi seperti Difteri, Campak, Tetanus, Polio, dsb. Adapun rentang usia yang rentan terjangkit PD3I ialah anak yang berusia di bawah 15 tahun. Sehingga dikatakannya ada korelasi antara cakupan imunisasi dengan kasus PD3I.
“Keduanya ini saling berkaitan karena jika cakupan imunisasi rendah maka dipastikan akan terjadi beberapa kasus PD3I. Dan alhamdulillah cakupan imunisasi rata-rata di Kota Kediri sudah cukup bagus namun ini akan terus kita tingkatkan,” terangnya.
Jika ditemukan kasus PD3I, dr Fajri menghimbau rumah sakit untuk terbuka terkait data dan informasi kasus PD3I. Untuk para surveilans diharapkan turut aktif melaporkan apabila menemukan kasus PD3I agar bisa segera dilakukan tindak lanjut.
“Diharapkan dengan adanya workshop ini ilmu yang sudah dipaparkan oleh para narasumber bisa diterima dan diaplikasikan dalam penemuan kasus PD3I. Selain itu bisa membangun jejaring kolaborasi antara seluruh layanan kesehatan di Kota Kediri terkait upaya penemuan kasus PD3I beserta pelaporannya,” pungkasnya.
Sementara itu, Rudy dari Puskesmas Kota Wilayah Utara merespon positif adanya workshop hari ini. Menurutnya workshop ini sangat diperlukan, khususnya bagi para pemegang program surveilans karena dapat menambah wawasan untuk penanganan kasus penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.
"Adanya kasus yang saat ini sedang marak terjadi di luar wilayah Jawa Timur seperti penyakit Polio dan Difteri harus kita segera antisipasi. Jangan sampai ini menjadi wabah ,” ujarnya.
Untuk itu dengan upgrade ilmu hari ini, Rudy berharap dapat meningkatkan respon surveilans terhadap kasus -kasus PD3I agar tidak menyebar.
“Alhamdulillah sampai saat ini kita tidak menemukan kasus PD3I. Meskipun begitu, kita tetap melakukan antisipasi dan melakukan penanganan sesuai prosedur baik pemberian obat-obatan, pencegahan kepada warga masyarakat apabila suatu saat ditemukan kasus tersebut,” terangnya.
Rudy berharap dengan kegiatan ini kasus PD3I dapat ditangani secara benar, tepat dan cepat agar tidak terjadi penyebaran.
Sebagai informasi, kegiatan workshop berlangsung selama dua hari yakni tanggal 24 Juli sampai dengan 25 Juli 2024. Dengan menghadirkan narasumber dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur di hari pertama serta Dokter Spesialis Anak dari Rumah sakit dr Soetomo di hari kedua. (Adv)