Waspadai Gejala Alergi Pada Tubuh
Alergi adalah reaksi sistem kekebalan tubuh manusia terhadap benda tertentu, yang seharusnya tidak menimbulkan reaksi di tubuh orang lain. Reaksi alergi yang muncul pada tiap orang berbeda-beda, dari reaksi yang ringan seperti bersin-bersin, pilek, ruam kulit yang gatal, atau bahkan sesak napas.
Alergi umumnya terjadi pada anak-anak dan biasanya akan mereda seiring bertambahnya usia. Namun pada beberapa orang, alergi yang diderita masih muncul meskipun sudah memasuki usia dewasa.
Dengan kata lain, tubuh manusia bereaksi berlebihan terhadap lingkungan atau bahan-bahan yang oleh tubuh dianggap asing dan berbahaya, padahal sebenarnya tidak untuk orang-orang yang tidak bersifat atopik, bahan-bahan yang menyebabkan hipersensitivitas tersebut disebut alergen.
Penyebab Alergi
Alergi bisa disebabkan oleh sistem imunitas tubuh yang salah mengidentifikasi alergen. Zat tersebut dianggap menimbulkan bahaya pada tubuh, tetapi faktanya tidak demikian. Saat tubuh terpapar alergen, antibodi yang disebut dengan Imunoglobulin E (IgE) akan terbentuk, adanya kontak di dalam tubuh dengan alergen membuat produksi IgE meningkat sebagai reaksi dari tubuh. Hal ini dapat memicu pelepasan histamin yang akhirnya menimbulkan gejala alergi.
Berikut beberapa alergen yang dapat memicu terjadinya alergi pada tubuh, seperti:
1. Makanan laut (seafood), susu, telur, dan kacang-kacangan.
2. Bulu hewan, tungau, serbuk sari, atau debu.
3. Gigitan serangga, misalnya sengatan lebah.
4. Obat-obatan tertentu.
5. Bahan kimia tertentu, seperti sabun, sampo, parfum, atau bahan lateks.
Faktor Risiko Penyebab Alergi
1. Makanan
Banyak jenis makanan menyebabkan alergi, tetapi 90 persen alergi disebakan oleh susu sapi, kedelai, telur, gandum, kacang tanah, ikan, dan crustacea (udang, rajungan, kepiting). Alergi makanan lainnya terjadi kurang dari 1 per 10.000 orang, dapat dianggap jarang. Alergi terhadap protein susu bukanlah reaksi Immunoglobulin E, dan biasanya adalah proctocolitis yang banyak terjadi pada anak-anak. Alergen-alergen dapat dipindahkan dari satu makanan ke makanan lainnya melalui rekayasa genetika, tetapi sebaliknya juga dapat menghilangkannya.
2. Zat tertentu
Zat-zat yang bersinggungan dengan kulit seperti latex, juga umum menjadi penyebab reaksi alergi, atau dikenal sebagai contact dermatitis (eksem). Biasanya alergi-alergi kulit sering menyebabkan rashes, atau pembengkakan dan panas di dalam kulit, dikenal sebagai reaksi "wheal dan flare" yang dipicu oleh hives and angioedema. Latex dan pisang memiliki reaksi silang. Jika memiliki alergi terhadap latex, maka mungkin juga sensitif terhadap avokad, buah kiwi, dan chestnut.
3. Reaksi racun terhadap protein
Selain makanan, adapun hal lain yang mungkin dapat menyebabkan urushiol-induced contact dermatitis, yang timbul karena bersinggungan dengan poison ivy, eastern poison oak, western poison oak, or poison sumac. Urushiol, bukan protein, tetapi dapat mengubah bentuk integral membrane protein dan mengenai sel kulit, sedangkan sistem kekebalan tidak mengenalinya sebagai bagian dari badan dan timbullah alergi.
4. Keturunan
Gejala atau reaksi alergi juga bisa disebabkan karena adanya faktor keturunan dari keluarga, lalu pada anak kembar identik akan sama alerginya sekitar 70 persen sepanjang waktu, tetapi kembar non-identik hanya 40 persen.Orang tua yang alergi biasanya anak-anaknya juga alergi, dan anak-anak tersebut akan menderita alergi lebih berat daripada anak-anak dari orang tua yang tak alergi. Tampaknya perkembangan alergi tidak menurun begitu saja, tetapi berhubungan dengan ketidakteraturan sistem kekebalan.
Alergi (sistem kekebalan) diturunkan oleh kedua orangtuanya dengan tingkat risiko sebagai berikut:
- Kedua orang tua tidak memiliki riwayat alergi (termasuk asma), maka anak tetap dapat terkena alergi dengan tingkat risiko maksimum 15 persen
- Salah satu orang tua mengalami riwayat alergi, maka risiko anak mendapat alergi meningkat menjadi 20-40 persen
- Kedua orang tua mengalami riwayat alergi, maka risiko anak mendapat alergi meningkat lagi menjadi 60-80 persen
- Risiko sensitivitas terhadap perkembangan alergi tergantung dari umur dengan anak-anak lebih berisiko.
Gejala Alergi
1. Ruam kemerahan pada kulit.
2. Gatal pada kulit yang mengalami ruam.
3. Bersin dan batuk.
3. Sesak napas.
4. Hidung berair.
5. Bengkak pada bagian tubuh yang terpapar alergen, misalnya wajah, mulut, lidah, dan tenggorokan.
6. Mata merah, berair, dan gatal.
7. Mual, muntah, sakit perut, atau diare.
Selain itu, terdapat beberapa gejala berat yang dapat memicu reaksi anafilaksis yang bisa meningkatkan risiko kematian, seperti gejala berikut:
1. Sesak napas yang berat.
2. Pusing.
3. Tekanan darah turun drastis.
4. Mual dan muntah.
5. Ruam kemerahan yang meluas pada kulit.
6. Denyut nadi cepat tapi lemah.
7. Pingsan atau tidak sadarkan diri.
Cara Mengobati Alergi
Pengobatan utama pada seseorang yang mengalami alergi adalah menghindari alergen. Selain itu, beberapa obat-obatan juga dapat dikonsumsi untuk membantu mengurangi gejala alergi, seperti obat penghambat efek penyebab dari alergi, obat peradangan, dan obat yang menghambat efek leukotrien penyebab pembengkakan pada saluran pernapasan saat terjadi gejala.
Bisa juga dengan melakukan terapi desensitisasi melalui suntikan, tetesan, maupun tablet yang dilakukan selama beberapa tahun yang bertujuan untuk membiasakan tubuh terhadap paparan alergen tersebut, sehingga tidak terjadi reaksi yang berlebihan.
Cara Mencegah Terjadinya Alergi
1. Menjaga kebersihan lingkungan, baik di dalam maupun di luar rumah. Hal tersebut termasuk tidak menumpuk banyak barang di dalam rumah ataupun kamar tidur yang dapat menjadi sarang bertumpuknya debu sebagai rangsangan timbulnya reaksi alergi. Usahakan jangan memelihara binatang di dalam rumah ataupun meletakkan kandang hewan peliharaan di sekitar rumah.
2. Menjaga kebersihan diri, untuk menghindari tertumpuknya daki yang dapat pula menjadi sumber rangsangan terjadinya reaksi alergi. Usahakan mandi dengan menggunakan air hangat seumur hidup, dan mandi sore sebelum PK.17.00'. Sabun dan shampoo yang digunakan sebaiknya adalah sabun dan shampoo untuk bayi.
3. Jangan menggunakan pewangi ruangan ataupun parfum, obat-obat anti nyamuk. Jika di rumah terdapat banyak nyamuk, gunakanlah raket anti nyamuk.
4. Gunakan kasur atau bantal dari bahan busa, bukan kapuk.
5. Menggunakan sprei dari bahan katun dan cucilah minimal seminggu sekali dengan air hangat akan efektif.
6. Hindari menggunakan pakaian dari bahan wool, gunakanlah pakaian dari bahan katun.
7. Pendingin udara (AC) dapat digunakan, tetapi tidak boleh terlalu dingin dan tidak boleh lebih dari PK.24.00'
8. Awasi setiap makanan atau minuman maupun obat yang menimbulkan reaksi alergi, hindari bahan makanan, minuman, maupun obat-obatan tersebut. Harus mematuhi aturan diet alergi.
9. Konsultasikan dengan dokter, karena alergi yang muncul membutuhkan perawatan yang berbeda-beda pada masing-masing penderita alergi. Mintalah pada dokter untuk melakukan imunoterapi untuk menurunkan kepekaan terhadap bahan-bahan pemicu reaksi alergi, misalnya, dengan melakukan suntikan menggunakan ekstrak debu rumah atau dengan melakukan imunisasi Baccillus Calmette Guirine (BCG) minimal sebanyak 3 kali (1 kali sebulan) berturut-turut, dan diulang setiap 6 bulan sekali.