Waspadai Al-Kibr, Perangkap Syetan. Ini Pesan Ustadz Shamsi Ali
KIBR (keangkuhan atau takabbur/sombong) adalah penyakit dan perangkap syetan yang sangat berbahaya. Penyakit ini sering menghinggapi banyak orang, dan benih-benihnya seringkali muncul tanpa terdeteksi.
Demikian taushiyah Imam Shamsi Ali, Presiden Pesantren Nusantara di New York, untuk ngopibareng.id. Ia pun tak lupa menyampaikan, “Saudaraku, doakan semoga rencana pendirian pesantren pertama Amerika segera terwujud. Insya Allah niatnya Juli tahun ini sudah dimulai kegiatan pendidikan/komunitas di lokasi tersebut.”
Berikut pesan-pesan lengkapnya untuk ngopibareng.id:
Kibr (keangkuhan) itu memiliki beberapa tingkatan. Dan pada masing-masing tingkatan itu ada bahaya laten yang mengancam eksistensi hubungan manusia, baik secara vertikal maupun horizontal.
Tingkat pertama adalah kesombongan yang disebabkan oleh MATERI. Galibnya mereka yang memiliki kesombongan materi itu selalu merasa, mengaku atau (memaksa diri) pamer. Seolah merekalah yang paling:
~ KAYA,
~ RUPAWAN,
~ TERHORMAT..
Penyakit ini akan menimbulkan “insecurity” atau merasa tidak aman. Selalu terancam oleh kompetisi duniawi. Siang malam gelisah untuk semakin menambah materi, sekaligus ketakutan jangan-jangan ada yang akan melebihi dirinya.
Tingkatan kedua adalah kesombongan karena KECERDASAN dan ILMU. Pada umumnya orang seperti ini merasa dialah yang paling:
~ PINTAR,
~ AHLI
~ BERWAWASAN
Orang yang angkuh dengan kecerdasan dan keilmuan akan mudah menyalahkan pendapat atau opini orang lain, termasuk dalam hal agama. Dan jika tersudutkan maka ancanam “bid’ah” bahkan “kufr” dengan mudah mengalir dari mulut-mulut mereka.
Tingkat ketiga adalah kesombongan karena FAKTOR perasaan beragama. Merasa paling beragama ini pada umumnya ditandai oleh perasaan paling:
~ BERTAKWA,
~ BENAR IBADAHNYA
~ IKHLAS
Pada umumnya mereka yang memiliki keangkuhan pada tingkatan ini membalutnya dengan perasaan “lebih Islami”, baik dalam ritual maupun simbol-simbol agama, seperti cara berpakaian, penampakan fisik (janggut, dll,).
Yang menarik, semakin tinggi tingkat KESOMBONGAN dalam hal agama ini, semakin sulit pula kita mendeteksinya. Karena seringkali secara kasat nampak paling suci, dekat Tuhan bahkan ahli syurga. Ternyata “merasa” paling ikhlas itu merupakan antitesis dari keikhlasan....
SOMBONG karena MATERI mudah terlihat. Biasanya mudah dipamerkan, bangga dengan tas Channel misalnya (padahal belinya di China Town buatan Peking).
SOMBONG karena ilmu dapat dilihat dalam argumentasi keilmuan yang ujung-ujungnya menyalahkan, membid’ahkan, bahkan mengkafirkan.
Tapi sekali lagi SOMBONG karena perasaan beragama sulit terdeteksi. Orang sekitarnya seringkali tertipu oleh pameran kesalehan yang dibingkai dalam simbol-simbol keagamaan yang menipu.
Master of all ARROGNCE (raja keangkuhan)
Tapi kesombongan yang paling berbahaya adalah kesombongan “merasa”. Merasa kaya, merasa hebat, merasa bisa, merasa berjasa, merasa pejuang, merasa berilmu, merasa hebat karya, merasa, merasa, dan merasa....ya merasa.
Orang seperti ini karena merasa, sering kali suaranya paling besar. Dadanya paling dibusungkan. Kepalanya selalu melongok ke atas. Bagaikan kata pepatah lama: “Tong kosong nyaring bunyinya”.
Oleh karenanya, Saudaraku, lakukan introspeksi diri setiap saat. Jangan sampai syetan meletakkan di hadapan kita perangkapnya yang mematikan, yaitu perangkap “merasa” paling.....dan itu adalah perangkap neraka.
“Tidak akan masuk syurga barangsiapa yang ada keangkuhan di dadanya walau sebesar biji atom” (hadits).
Oleh karenanya mari kita terus lakukan yang terbaik, tanpa merasa terbaik. Menjadilah orang kaya tanpa merasa paling kaya.
Orang pintar tanpa merasa paling pintar. Orang saleh tanpa merasa paling saleh.
Lakukan saja!
Wa quli’maluu...(berkarya saja). Fasayarallahu amalakum wa rasuluhu wal mu’minuun (biarlah Allah yang menjadi saksi karya anda, rasulNya dan orang-orang yang beriman).
Fastabiqul khaerat (mari berkompetisi dalam kebajikan).
Wa ta’awanu alal birri wattaqwa (saling membantu dalam kebajikan dan ketakwaan).
Iyyakum wal-hasada. Fainnal hasada ya’kulul hasanaat kamaa ta’kulun naar al-khathob (be aware of envy. Indeed envy destroys your goodness as the fire burns the wood)
Jamaica Hills, NY, 6 Maret 2018
* Presiden Nusantara Foundation