Waspadai Adu Domba, Mahfud MD: Jaga Indonesia Rumah Bersama
Maraknya radikalisme politik identitas yang membuat masing-masing kelompok merasa sebagai pihak yang paling benar dan menegasikan eksistensi kelompok lainnya, mengundang keprihatinan bersama. Kehadiran Gerakan Suluh Kebangsaan, yang dilatarbelakangi persoalan tersebut.
Gerakan Suluh Kebangsaan adalah sebuah gerakan bersama berbagai tokoh agama dan budayawan yang bergerak dalam membawakan wacana persatuan Indonesia melalui berbagai dialog dan sarasehan.
Ketua Gerakan Suluh Kebangsaan Mahfud MD mengatakan, merebaknya berita bohong dan politik identitas yang semakin mengeras mengancam kesatuan bangsa Indonesia.
“Kerja sama safari suluh kebangsaan ini untuk keutuhan bangsa Indonesia. Kami mengajak kepada misi dialog di dalam perbedaan,” tutur Mahfud MD, dalam keterangan diterima ngopibareng.id, Minggu 13 Januari 2019.
“Oleh karena itu mari kita jaga. Kalau terlanjur salah, kita menyesal pun tidak berguna lagi. Mari menjaga Indonesia sebagai milik bersama,” tutur Mahfud MD.
Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi tersebut juga menyampaikan bahaya politik identitas yang memakai tema memperjuangkan agama sebagai alat untuk meraih kemenangan.
“Seringkali ada yang membawa dominasi perjuangan agama dengan analisis dangkal dan copas yang sebetulnya tujuannya adalah mengadu domba,” ujar Mahfud prihatin.
Lebih lanjut, Mahfud mengutip ayat 99 Surat Yunus yang menyatakan apakah kita membenci manusia hanya karena berbeda, padahal di ayat lain jika Allah berkehendak diri-Nya bisa menciptakan manusia sebagai satu umat saja. Mahfud berharap Gerakan Suluh Kebangsaan ini sebagai salah satu upaya antisipatif dalam menangkal potensi perpecahan sesama anak bangsa.
“Oleh karena itu mari kita jaga. Kalau terlanjur salah, kita menyesal pun tidak berguna lagi. Mari menjaga Indonesia sebagai milik bersama,” tuturnya.
Gandeng Muhammadiyah
Gerakan Suluh Kebangsaan kini, menggandeng Muhammadiyah dalam menggelar Dialog Kebangsaan Lintas Agama di Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah, Kamis 10 Januari 2019.
Membuka acara yang bertema “Tantangan Agama dan Kebangsaan di Era Post-Truth” tersebut, Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Dadang Kahmad memandang bahwa dialog adalah barang berharga milik bangsa Indonesia yang harus sering dilakukan.
“Jauh sebelum ada Indonesia, kita sudah multikultur budaya dan agama sehingga karakter kita terbuka, sopan dan ramah. Ini berbeda dengan negara yang tandus dan kering sehingga tidak seramah kita. Saya sangat bergembira, semoga diskusi ini menghasilkan perumusan baru agar tidak terjadi kesalahpahaman di antara kita,” ujar Dadang. (adi)