Waspada TBC yang Menyerang Paru-paru di Tengah Pandemi Covid-19
Ganasnya penyebaran virus corona atau Covid-19 membuat publik menyamakan gejalanya dengan penyakit tuberculosis atau dikenal dengan TBC. Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia, dr. Wiendra Waworuntu, M.Kes mengungkapkan bahwa Indonesia menjadi negara ketiga terbesar dengan kasus TBC di dunia setelah India dan China.
Menurut data Kemenkes, estimasi kasus TBC di Indonesia mencapai 845.000 jiwa dan yang telah ditemukan sekitar 69 persen atau sekitar 540.000 jiwa. Angka kematian penyakit TBC juga cukup tinggi, yaitu ada 13 orang per jam yang meninggal karena TBC. Kasus yang belum ditemukan juga memiliki potensi penularan yang sangat tinggi, sama seperti Covid-19.
Walaupun sama-sama berbahaya dan menular melalui droplet serta saluran pernapasan, Wiendra Waworuntu menjelaskan bahwa ada beberapa perbedaan antara TBC dengan Covid-19, mulai dari gejala hingga cara penanganannya.
Definisi Penyakit TBC
TBC yang juga dikenal dengan TB adalah penyakit paru-paru akibat kuman Mycobacterium tuberculosis. TBC akan menimbulkan gejala berupa batuk yang berlangsung lama atau lebih dari 3 minggu, biasanya berdahak, dan terkadang mengeluarkan darah.
Kuman TBC tidak hanya menyerang paru-paru, tetapi juga bisa menyerang tulang, usus, atau kelenjar. Penyakit ini ditularkan dari percikan ludah yang keluar penderita TBC, ketika berbicara, batuk, atau bersin. Penyakit ini lebih rentan terkena pada seseorang yang kekebalan tubuhnya rendah, misalnya penderita HIV.
Gejala TBC
Gejala TBC berupa batuk yang berlangsung lama dan gejala lainnya yang menyertai ialah demam, lemas, berat badan turun, tidak nafsu makan, nyeri dada, dan berkeringat di malam hari. Selain itu, onset atau serangan kronik lebih dari 14 hari dengan gejala demam kurang dari 38 derajat celcius disertai batuk berdahak, bercak darah, sesak napas memberat bertahap, berat badan turun dan berkeringat di malam hari.
Sedangkan gejala Covid-19 antara lain dengan gejala onset akut kurang dari 14 hari disertai demam lebih dari 38 derajat celcius dengan batuk kering, sesak napas muncul segera setelah onset, nyeri sendi, pilek, nyeri kepala, gangguan penciuman atau pengecapan.
Kelompok Orang Berisiko Tertular TBC
1. Orang yang memiliki sistem kekebalan tubuhnya menurun, contohnya ; pengidap diabetes, orang yang menajalani serangkaian kemoterapi, atau pengidap HIV/AIDS.
2. Orang yang mengalami malnutrisi atau kekuranga gizi.
3. Pecandu narkoba
4. Para perokok
5. Para petugas medis yang sering berhubungan dengan para pasien pengidap TBC
Tipe dan Tingakatan TBC Menginfeksi Tubuh
Berikut ini tipe dan tahapan bakteri Mycrobacterium Tuberculosis yang menginfeksi tubuh:
1. TBC Laten
Bentuk non-aktif penyakit TBC karena sistem kekebalan tubuh dapat melawan bakteri TBC, dan orang dnegan TBC Laten tidak akan mengalami keluhan selama penyakit tersebut tidak menjadi aktif, dan tipe ini tidak menular.
2. TBC Aktif
TBC aktif terjadi ketika bakteri mulai berhasil menyerang sistem pertahanan tubuh dan mulai menyebabkan gejala. Ketika bakteri menginfeksi organ paru-paru, TBC Aktif akan menyebar sangat mudah ke orang lain.
Selain itu, TBC juga memiliki tipe bila digolongkan berdasarkan dengan lokasi menginfeksinya:
1. TBC Paru
Bakteri ditemukan di organ paru-paru, hal tersebut berarti tedapat bahaya untuk menularkan penyakit TBC kepada orang lain setiap orang yang terinfeksi menghembuskan nafas, batuk, atau tertawa hingga liurnya mengenai orang lain.
2. TBC Ekstra Paru
Bakteri tumbuh hanya di bagian lain dari tubuh dan bukan pada organ paru-paru, maka penyakit tersebut tidak akan menyebar semudah seperti kasus TBC Paru-paru.
Pengobatan TBC
TBC dapat dideteksi melalui pemeriksaan dahak. Beberapa tes lain yang dapat dilakukan untuk mendeteksi penyakit menular ini adalah foto Rontgen dada, tes darah, atau tes kulit (Mantoux).
TBC dapat disembuhkan jika penderitanya patuh mengonsumsi obat sesuai dengan resep dokter. Untuk mengatasi penyakit ini, penderita perlu minum beberapa jenis obat untuk waktu yang cukup lama (minimal 6 bulan). Obat itu umumnya berupa Isoniazid, Rifampicin, Pyrazinamide, dan Ethambutol. Perlu diketahui, pengobatan penyakit TBC membutuhkan waktu yang cukup lama.
Pencegahan TBC
TBC dapat dicegah dengan pemberian vaksin, yang disarankan dilakukan sebelum bayi berusia dua bulan. Selain itu, pencegahan juga dapat dilakukan dengan cara mengenakan masker saat berada di tempat ramai; tutupi mulut saat bersin, batuk, dan tertawa. Lalu tidak membuang dahak atau meludah sembarangan.
Jangan Sepelekan TBC di Tengah Pandemi Covid-19
Walaupun memiliki obat dalam membantu penyembuhan, masih banyak masyarakat yang menyepelekan penyakit TBC karena dianggap merupakan penyakit lama sehingga kurang memperhatikan kedisiplinan pada proses penyembuhan melalui konsumi obat yang telah tersedia, sehingga para penderita TB menjadi resisten atau obatnya sudah tidak mempan lagi dengan penyakit TBC tersebut.
Masyarakat penderita TBC diimbau untuk tetap selalu berobat ke pelayanan kesehatan yang ada dan mengkonsumsi obat hingga sembuh total sehingga penularannya tidak semakin meningkat. Partisipasi masyarakat sangat diperlukan dalam menekan potensi penularan Covid-19 maupun TBC itu sendiri serta semua pihak harus bekerja lebih keras dalam penanganan Covid-19 yang masih berlangsung saat ini namun ada pekerjaan yang belum selesai terkait penanganan TBC.