Waspada Penyakit Kencing Tikus, Khofifah Ajak Tingkatkan PHBS
Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa mengajak seluruh masyarakat Jatim untuk meningkatkan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) menyambut banyaknya kasus penyakit kencing tikus atau leptospirosis di Jatim.
Berdasar data Dinas Kesehatan Jatim, sampai 5 Maret 2023, kasus leptospirosis di Jatim mencapai angka 249 kasus dengan enam kasus di antaranya meninggal dunia.
"Kita harus waspada, jangan sampai kita abai atas problem kesehatan ini. Leptospirosis bisa ditemukan setiap waktu, tapi kemungkinannya meningkat saat musim hujan,” kata Khofifah di Gedung Negara Grahadi, Senin 6 Maret 2023.
Ia mengatakan, penyakit ini disebabkan oleh bakteri leptospira yang menyebar melalui urin dari hewan yang terinfeksi bakteri tersebut dan mengontaminasi lingkungan, terutama di lingkungan yang terdapat genangan air dan kontak dengan kulit yang luka/mukosa.
Penyakit ini, lanjut mantan Mensos RI itu, juga bisa menyebar melalui air atau tanah yang sudah terkontaminasi urine hewan terinfeksi.
Bagi hewan bakteri ini tidak mematikan namun berbahaya apabila terpapar ke manusia yang lebih rentan meninggal dunia.
Ia mengimbau agar masyarakat yang merasakan gejala segera memeriksakan diri. Gejala tersebut antara lain seperti demam (>38°C), nyeri kepala, nyeri otot, malaise (lelah), serta mata tampak merah atau kekuning-kuningan. Mirip dengan demam berdarah, jika tidak segera tertangani, pasien terjangkit bisa meninggal dunia.
"Saya berpesan kepada seluruh masyarakat Jawa Timur, jika merasakan gejala tersebut segera periksakan diri ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat agar segera mendapatkan penanganan medis,” jelasnya.
Di sisi lain, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jatim Dr. Erwin Astha Triyono menjelaskan, guna mengendalikan kasus leptospirosis ia telah menginstruksikan kepada dinkes kabupaten/ kota untuk meningkatkan sistem kewaspadaan dini dengan pelaporan melalui SKDR yang sudah diverifikasi serta melakukan koordinasi dengan lintas program dan lintas sektor terkait dalam penanganan leptospirosis.
Dinkes Jatim juga telah menyiapkan ketersediaan RDT leptospirosis di masing-masing kabupaten/kota untuk mempermudah diagnosis serta mensosialisasikan tatalaksana pengobatan leptospirosis.
“Kejadian leptospirosis tidak hanya berkaitan dengan banjir saja, namun juga terkait dengan air yang terkontaminasi urine hewan pembawa bakteri leptospira, seperti tikus, sapi, babi yang ada di sekitar lingkungan manusia. Tak hanya itu, penularan Leptospirosis bisa terjadi melalui kontak erat dengan binatang ternak yang terinfeksi dan terjadi pada pekerjaan yang berpotensi kontak dengan sumber infeksi.” paparnya.