Waspada, Meski Telah Vaksin Tetap Bisa Terpapar Covid-19
Penyebaran virus corona atau Covid-19 di dunia terus berkembang dengan begitu cepat. Upaya yang dilakukan dengan penyuntikan vaksin terhadap tubuh tak bisa menghentikan penyebaran virus karena sifatnya yang terus bermutasi.
Ini pun dialami di Indonesia, tak sedikit orang yang sudah divaksin namun terpapar, bahkan bisa berakhir dengan kematian.
"Memang vaksin ini tidak 100 persen, jadi hanya 20-30 persen yang bisa mengenali virus itu. Kalaupun kena (Covid-19) biar gak berat-berat saja. Syukur-syukur kalau bisa 100 persen. Tapi virus itu bermutasi, kalau mutasi maka vaksinya harus baru sesuai karakteristik virus," ujar Dokter Ahli Rumah Sakit Lapangan Indrapura (RSLI), Dr Christijogo Sumartono kepada Ngopibareng.id, Sabtu 3 Juli 2021.
Walau begitu, ia mengatakan, vaksin ini dapat mengurangi daya tular. Sehingga, ke depan Covid-19 tidak menjadi pandemi tapi sudah endemik seperti flu biasa.
Waspada Gejala Awal
Saat disinggung terkait kondisi yang tiba-tiba memberat dialami warga padahal sudah vaksin dan kondisi awalnya baik. Chris tak bisa memastikan karena ada banyak faktor. Seperti halnya yang ia observasi terhadap 13 pasien dengan varian baru di RSLI Surabaya, awalnya masuk dalam kondisi baik namun beberapa hari kemudian menjadi drop.
"Awal masuk kami periksa swab antigen, PCR terus waktu pulang kami amati itu ternyata mereka hasilnya menakjubkan karena fenomenanya mundur ke belakang. Jadi gejala mundur kebelakang, kalau biasanya inkubasi muncul dalam lima hari tapi mutasi India ini inkubasi dua minggu ke belakang. Gejala baru akan kelihatan 10-12 hari," jelasnya.
Begitu pula terhadap masyarakat yang tidak diketahui positif atau tidak, kini banyak kasus yang tiba-tiba drop terjadi desaturasi sampai akhirnya meninggal.
Menurutnya, ini terjadi karena memang mutasi virus Delta ini penyebarannya lebih cepat dan lebih luas dibanding varian sebelumnya.
"Kalau fase semua ini kita gak berani bilang tidak Covid-19 karena Covid-19 itu ada penyerta dari kelainan drop nya saturasi itu. Kalau Pasien saturasi drop itu biasanya pasien yang mengalami kekurangan cairan, kalau sudah berat saturasi turun. Lalu pada penyakit paru-paru yang menyebabkan gak bisa hirup oksigen karena penuh slem gak bisa menghirup oksigen," sebutnya.
Sehingga, terhadap kasus seperti ini tim dokter melihat sebagai potensi Covid-19. Sebab, saat ini penyebaran mutasi baru ini sangat cepat yang hanya dalam radius dekat dan waktu tak sampai satu menit langsung terpapar.
Karena itu, alumnus Universitas Airlangga (Unair) itu menyarankan, agar masyarakat yang merasakan gejala seperti batuk atau flu ringan agar tidak langsung meremehkan dan segera melakukan isolasi selama 14 hari secara mandiri di rumah. Sambil mengonsumsi makanan dan minuman bernutrisi, serta obat simptomatis untuk meredakan gejala.
Kemudian, apabila merasakan sesak nafas dan saturasi drop untuk segera mencoba tidur tengkurap selama enam jam yang sangat membantu meningkatkan saturasi.
"Kuncinya kita harus kuat melawan dengan imun kita. Harus yakinkan tubuh kita bisa menyerang virus dalam tubuh. Kalau kita melawan harus menang, maka asupan makanan minuman harus tepat. Makan minum seenaknya, ditambah vitamin, olahraga ringan. Kemudian kalau beraktifitas harus menerapkan protokol kesehatan," pungkasnya.