Waspada, Katarak Sebabkan Kebutaan Terbesar di Sidoarjo
Juni adalah bulan yang diperingati sebagai bulan kesadaran untuk penyakit katarak di dunia atau disebut sebagai Cataract Awareness Month. Inisiasi ini digalakkan karena fakta akan katarak ini sungguh mencengangkan dan membutuhkan penanganan khusus. Bahkan di Sidoarjo, katarak merupakan penyebab kebutaan terbesar yang harus diwaspadai.
Penanggung jawab Klinik Mata KMU Sidoarjo dr. Miftahur Rochmah, SpM menjelaskan bahwa momen Cataract Awareness Month ini merupakan upaya yang tepat dalam mewujudkan misi pemberantasan kebutaan.
Seperti yang dilakukan Klinik Mata KMU Sidoarjo, para petugas kesehatan beserta dokter spesialis mata memberikan edukasi tentang katarak kepada masyarakat, termasuk melakukan cek gula darah acak (GDA) dan skrining katarak.
“Harapannya, melalui Cataract Awareness Month, seluruh masyarakat di dunia bisa lebih peduli dengan katarak. Mengingat, katarak ini adalah kasus yang paling banyak menyebabkan kebutaan di dunia, termasuk di Sidoarjo. Sedangkan tahun 2022 lalu, tercatat 822 kasus katarak di KMU Sidoarjo, dan hingga 2023 ini sudah ada 313 orang menderita katarak,” ucap Miftahur Rochmah, Selasa, 20 Juni 2023.
Berdasar data dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2018 bahwasanya penyebab kebutaan terbesar di Indonesia adalah Katarak. Sebesar 34, 47% penderita katarak mengalami kebutaan, kemudian disusul oleh Glaukoma.
“Bahkan di KMU Sidoarjo sendiri, mayoritas memang pasien katarak,” tegasnya di kafe Bale Sere, Sidoarjo.
Kondisi saat ini, kepedulian masyarakat terhadap katarak masih minim. Karena sebagian besar masyarakat masih menganggap bahwa penyakit katarak ini hanya diderita oleh lansia atau lanjut usia saja.
“Padahal, banyak jenis katarak yang bisa terjadi kepada siapa saja, mulai sejak lahir, bahkan di usia remaja atau yang disebut Katarak Juvenil” terang dokter yang akrab disapa dr. Ifa ini.
Dilanjutkannya, mendiagnosis dan mengobati katarak sejak dini pada anak sangat penting. Tujuannya, tentu saja untuk meningkatkan dan mendorong perkembangan penglihatan yang normal. “Katarak hanya bisa ditangani dengan operasi Katarak yang kini teknologinya sudah canggih (tanpa jahit) yang bernama Phacoemulsification,” jelasnya.
Kepala Bidang P2P (Pencegahan dan Pengendalian Penyakit) Dinkes Sidoarjo, dr Atok Illah menjelaskan bahwa katarak perlu menjadi perhatian. Disebutkannya, estimasi penderita buta karena katarak di Sidoarjo bahkan mencapai 15 ribu kasus.
Menurutnya, dengan Cataract Awareness Month ini, masyarakat bisa lebih peduli dengan pemeriksaan mata rutin & penanganan dini untuk mendapatkan penglihatan terbaik. "Saat ini tindakan atau operasi katarak juga sudah dilakukan dengan optimal di seluruh fasilitas kesehatan," tuturnya.
Sementara itu, Veve Zulfikar, pasien asal Sidoarjo yang sedang melakukan pemeriksaan rutin di Klinik Mata KMU Sidoarjo menjelaskan bahwa periksa mata rutin adalah kegiatan rutin yang dilakukan setidaknya 1 tahun sekali.
“Dari pemeriksaan mata rutin, kita bisa cek kondisi mata menyeluruh termasuk cek kelainan refraksi (mata minus, silinder) hingga skrining keluhan mata seperti katarak ini,” lanjutnya.
Perempuan yang juga penyanyi religi ini mengaku sangat mendukung campaign seperti 'Cataract Awareness Month'. Sebab, info ini harus diketahui masyarakat luas untuk meningkatkan tindakan preventif akan kebutaan dan gangguan penglihatan lainnya.
Advertisement