Warung Nasi Bete Surabaya Manjakan Pembeli dengan Masakan Ndeso
Warung nasi Bete di Jalan Petukangan Tengah, Nyamplungan, Kecamatan Pabean Cantikan, kawasan Ampel Surabaya, sudah 40 tahun menggunakan konsep ndeso untuk memikat dan memanjakan pengunjung. Caranya, si pemilik warung menyajikan aneka macam masakan rumahan sehari-hari yang murah meriah.
Menunya ada bali tongkol, cumi, rempeyek udang, rajungan, ayam tepung bandeng, lele, tahu, tempe goreng, dadar jagung, bali telur sampai sate telur puyuh. Pengunjung tinggal pesan lauk yang diinginkan.
Warung nasi milik Bu Karmini bentuknya sederhana. Menyerupai warung tenda kaki lima di pinggir jalan yang sering diobrak Satuan Polisi Pamong Praja ( Satpol PP). Tetapi pengunjungnya sangat ramai. Warung belum buka pun sudah ada yang rela antre.
Untuk makan di warung, tempatnya harus bergantian karena hanya tersedia satu bangku panjang berukuran sekitar dua meter hanya cukup untuk empat orang. Pengunjung yang tidak mau berdesakan, pilih makan sambil nongkrong di trotoar. Tidak ada yang protes, malah terlihat sangat menikmati, tak perduli dengan warga yang berlalu lalang.
Langganan Dokter
Salah seorang putra Bu Karmini, bernama Supeno mengatakan, para dokter yang bertugas di rumah sakit dekat warung ibunya juga jadi langganan.
"Dokter RS Muhammadiyah dan RS Al Irsyad Jalan Haji Mas Mansur sering makan di sini, Selain jaraknya dekat, mereka menyukai kuliner ala kampung," ujarnya.
Untuk nama warung, Supeno ternyata asal nyeplos. "Saya kasih nama Warung Nasi Bete. Asal nyeplos," ungkapnya.
Selama sang ibu sibuk melayani pembeli, maka Supeno ikut mengatur kendaraan yang parkir di sekeliling warung supaya tidak macet. "Mak (ibu) saya ini jualan nasi sejak saya masih kecil," kenang dia.
Jualan Nasi 40 Tahun
Bu Karmini yang biasa dipanggil emak oleh pelanggannya, berjualan nasi mulai tahun 1984, sampai sekarang sudah 40 tahun. Dalam ceritanya, ia sengaja memilih masakan rumahan, tidak muluk-muluk, supaya pelanggan merasa nyaman seperti makan di rumah sendiri, santai, bisa memilih menu yang disukai.
"Konsep warung ndeso ini ternyata membawa berkah bisa bertahan sampai 40 tahun dan pengunjungnya ramai terus," ujar perempuan asal Tulungagung tersebut sambil melayani pelanggan.
Setiap hari, ia buka warung dari pukul 06.30 sampai 14.00 WIB. Ia bisa menjual sekitar 300 sampai 350 porsi. Wow!
Mak Karmin Bagi-bagi Tugas dengan Anak-anak
Usia Mak Karmini sudah 84 tahun tetapi ia masih trengginas (gesit) dalam melayani pelanggan. Anak-anak yang bagian membungkus makanan, sedang Mak Karmini khusus melayani pelanggan yang makan di tempat. Anggota keluarga lainnya mengurusi gorengan dan menyiapkan lauk-pauk.
Mak Karmini melayani pelanggan ramah dan suka bercanda. Beberapa pelanggan tertarik mencoba makan di Warung Nasi Bete karena harganya itu murah-murah, padahal lauknya seafood sehingga membuat pembeli makin penasaran.
"Lepas dinas di rumah sakit 06.30 (WIB) saya ke sini ternyata sudah ramai. Orang yang antre sudah banyak. Di sini sistemnya bebas pilih lauk yang diinginkan. Mulai dari kepiting, cumi, ayam, sate usus, sate puyuh, dan lain-lain," ujar tenaga medis dari RS Muhammadiyah.
Setelah ikut antre dengan sabar, tenaga medis ini beli dua porsi nasi kepiting. Harganya cuma Rp 25.000 per porsi. Makan kepiting cuma bayar 25k! Selain itu, juga dikasi lauk tongkol dan peyek gaes. Yang paling 'mengerikan' lagi bumbunya super puedes. Cucok banget buat yang suka pedes. Warung Nasi Bete jarang menyalakan aplikasi gofood, karena sibuk melayani pesanan di warung.
Buat yang Doyan Pedas
Seorang pembeli Wahyu Irawan menyampaikan yang suka masakan pedas cocok mampir ke Warung Nasi Bete. "Pesen nasi campurnya, karena menu ini udah komplit ada cumi hitam, dadar jagung, telor ceplok, peyek dan yang pasti tongkol sambel, ini pedesnya asli," promosinya.
Walaupun pedasnya mendominasi gurihnya bumbu masakan tetep berasa. Kalau mau makan di sini mesti sabar sama antrenya, karena tempatnya tidak terlalu besar jadi harus gantian kalau mau makan di tempat. Selain memang karena rasanya yang enak harganya juga ramah di kantong. Tak salah kalau pengunjungnya selalu ramai.
Kalau makan di tempat kemungkinan beberapa orang merasa kurang nyaman. Sebab tempatnya terbuka, di pinggir jalan. "Jadi kalo siang kepanasan kalo mau makan di tempat. Dan musti bersabar kalo bawa mobil cari parkirnya," tutur Wahyu.
Pantauan Ngopibareng.id di Warung Nasi Bete, lebih banyak yang pesan dibungkus untuk makan di rumah daripada makan di warung.
Advertisement