Wartawan Probolinggo Kecam Kekerasan Pada Jurnalis di Surabaya
Aksi solidaritas terhadap jurnalis Tempo, Nurhadi yang menjadi korban kekerasan fisik dan verbal datang dari puluhan wartawan di Probolinggo. Mereka melakukan aksi menolak kekerasan terhadap wartawan dan teatrikal di Simpang Tiga Jalan dr M. Saleh, Kota Probolinggo, Selasa siang, 30 Maret 2021.
Awalnya puluhan wartawan dari berbagai lembaga itu berkumpul di kawasan Museum Rasulullah di Jalan Suroyo, Kota Probolinggo, Selasa siang sekitar pukul 13.00. Mereka kemudian berjalan kaki ke Simpang Tiga Jalan dr M. Saleh.
Sebagian wartawan membawa sejumlah leaflet bertuliskan kecaman terhadap kekerasan yang dialami Nurhadi. Di antaranya berbunyi, “Pak Polisi Lindungi Kami”, “Wanine Kok Karo Wartawan”, “Tolak Kekerasan terhadap Jurnalis”, dan “Save Journalist”.
Sebagian wartawan ada yang menenteng dua nisan dan bunga setaman untuk ziarah kubur. Sesampai di Simpang Tiga Jalan dr M. Saleh, wartawan secara bergantian berorasi. “Tolong, jangan hambat kinerja wartawan apalagi dengan main pukul,” kata koordinator aksi, Farid Pahlevi.
Romadona, salah satu orator mengajak para wartawan meletakkan kartu identitas di atas aspal. Seorang wartawan kemudian memasang dua nisan di antara kartu-kartu identitas wartawan. Seorang wartawati kemudian menaburkan bunga di atas kartu-kartu identitas itu. “Mari kita lafalkan Surat Al Fatihah demi keselamatan semua wartawan, mudah-mudahan tidak ada lagi wartawan yang menjadi korban kekerasan saat menjalankan tugas jurnalistiknya,” kata Romadona.
Saat puluhan wartawan berorasi, sejumlah personel polisi dari Polresta Probolinggo dan Polsek Mayangan tampak mengawal dan berjaga-jaga di lokasi. Arus lalu lintas pun di arahkan ke jalur lain selama aksi damai wartawan berlangsung.
Aksi wartawan diwarnai teatrikal yang menggambarkan Nurhadi, jurnalis Tempo ketika hendak mewawancarai bekas Direktur Pemeriksaan Ditjen Pajak Kementerian Keuangan, Angin Prayitno Aji.
Masih versi tetrikal, saat itu Nurhadi memotret Angin Prayitno Aji yang sedang menghelat perkawinan putranya dengan putri Kombes Pol. Ahmad Yani, mantan Karo Perencanaan Polda Jatim. Tiba-tiba Nurhadi ditarik ke luar, dihardik, dan dipukuli sejumlah oknum polisi.
Aksi diakhiri dengan pemberian dua nisan kepada Kapolsek Mayangan, Kompol Eko Hari, yang hari itu ikut mengamankan demo wartawan. “Tolong diterima dua nisan ini, sebagai tanda ada oknum yang ingin membunuh pers,” kata Babul Arifandi, seorang reporter TV swasta.