Sedepnya Ingkung Waroeng Pohon, Apalagi Suasananya Itu Lho
Sebetulnya saya sudah lama mendengar ada menu ingkung ayam di Waroeng Pohon. Di Jalan Parang Tritis Jogjakarta. Beberapa meter dari Kampus Institut Seni Indonesia (ISI).
Tapi baru hari bisa mencicipinya. Itupun karena sambil mengantar anak lanang ke kost-kostan tempat ia akan tinggal selama menjadi mahasiswa ISI. Kebetulan kos-nya hanya selangkah.
Waroeng Daun memang memberi suasana melenakan. Tidak seperti warung biasanya. Terdiri atas sejumlah bangunan gaya Yunani di dalam ruang terbuka penuh pohon.
Suasanya sunyi. Melenakan untuk makan malam. Apalagi dengan lampu-lampu dwngan sinar kekuningan yng menyembul di antara pepohonan yang rindang.
Di sejumlah tempat dipasang asesoris. Muali sepeda kuno, motor gede merk BMW dan timbangan kuno seperti di pabrik gula jaman dulu.
Bagaimana dengan makanannya? Ayam ingkungnya lumayan. Sama seperti ayam ingkung yang menjadi jujugan kuliner di Bantul Jogjakarta.
Ayam ingkung adalah semacam lodho di Tulungagung dan Trenggalek. Ayam utuh panggang yang biasa disajikan untuk selamatan. Tumpenhan di desa-desa.
Bedanya, lodho di Jawa Timur dibumbui cabe utuh. Ada yang pedas sekali, setengah pedas dan non pedas. Baik ingkung maupun lodho sama-sama menggunakan kuah areh. Kuah santen kental.
Baik ingkung maupun lodho terasa enak kalau disajikan dalam keadaan panas. Kurang terasa bumbunya jika disajikan dingin. Sayang ingkung di Warung Pohon disajikan dingin.
Untung nasi gurihnya lumayan enak. Tidak bikin neg. Terasa penuh dalam perut. Jadi bisa menutupi rasa dinginnya ingkung. Apalagi sambal merahnya oke.
Juga ada meja counter kopi tradisional. Berbagai kopi dari daerah yang dimasak dengan cara manual. Kopi specialty. Dari jenis robusta maupun arabika.
Teh poci gula Jawanya juga oke. Selain ingkung dan kopi, Waroeng Pohon menyediakan sejumlah menu makanan dan minuman. Sepwrti sop ayam kampung.
Bisa dicoba kalau sedang di Jogjakarta.
Advertisement