Warna Hitam Dahi Bekas Sujud, Adakah Bukti Kekhusyukan dan Takwa?
Belakangan ini ada fenomena, di antara umat Islam, terutama kawasan kota, dahi-dahi menghitam. Ada yang bilang, itu dahi bekas sujud. Benarkah demikian?
Bagaimana sesungguhnya soal itu? Apakah telah menunjukkan bukti sebagai tanda keimanan, ketakawaan ataukah kekhusyukan dalam menjalankan ibadah salat?
Guna memahami hal itu, berikut penjelasan Abdul Wahab Ahmad, dosen UIN Kiai Haji Achmad Siddiq (UINKHAS) Jember, yang dikenal sebagai penulis produktif masalah keislaman.
Perbanyaklah sujud tapi jangan sampai dahi menghitam. Kalau ada tanda-tanda kulit dahi mulai berubah warna atau mengeras karena sujud, maka pakailah alas sujud yang lebih halus dan lebih empuk. Kalau perlu pakailah lotion sebelum tidur agar kulit dahi lentur lagi dan tidak menghitam.
Kenapa? Karena tak ada yang lebih hebat ibadahnya dari Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam (SAW) dan Khulafaur Rasyidin, tapi tak ada dari mereka yang dahinya hitam. Semuanya berwajah cerah dan berkulit dahi bagus. Sebab itu, Sahabat Ibnu Umar pernah melihat orang yang dahinya hitam. Beliau lalu berkata kepadanya:
مَا هَذَا الأَثَرُ بَيْنَ عَيْنَيْكَ؟ فَقَدْ صَحِبْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- وَأَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ رَضِىَ اللَّهُ عَنْهُمْ فَهَلْ تَرَى هَا هُنَا مِنْ شَىْءٍ؟
“Bekas apa yang ada di antara kedua matamu ini? Sungguh aku telah bersahabat dengan Rasulullah, Abu Bakr, Umar dan Utsman, Apakah kau lihat ada sesuatu di dahiku ini?” (HR. Baihaqi)
Begitu juga Sahabat Saib Bin Yazid ketika melihat orang yang jidatnya hitam datang, beliau berkomentar:
لَقَدْ أَفْسَدَ هَذَا وَجْهَهُ أَمَا وَاللهِ مَا هِيَ السِّيْمَا الَّتِيْ سَمَّى اللهُ وَلَقَدْ صَلَّيْتُ عَلىَ وَجْهِيْ مُنْذُ ثَمَانِيْنَ سَنَةً مَا أَثَّرَ السُّجُوْدُ بَيْنَ عَيْنِيْ.
“Orang ini benar-benar telah merusak wajahnya. Demi Allah, bukan itu tanda sujud yang disebutkan oleh Allah. Aku telah menunaikan shalat bersujud selama delapan puluh tahun, tetapi sujud tidak membekas di antara kedua mataku.” (HR Thabrani)
Ada Bekasnya
Lagian, apa asyiknya sujud lillahi ta'ala di tempat sunyi di malam hari ketika orang-orang tidur tapi akhirnya dibiarkan bekasnya kelihatan oleh orang-orang di siang bolong? Itu mirip dengan orang yang sedekah beras sembunyi-sembunyi saat tak kelihatan orang tapi meninggalkan kartu nama di bungkus berasnya.
Wajar sekali apabila seperti dinukil oleh Syaikh Khatib asy-Syirbini, ulama-ulama terdahulu keheranan seperti ini:
كنا نصلي فلا يرى بين أعيننا شيء ونرى أحدنا الآن يصلي فيرى بين عينيه ركبة البعير فلا ندري أثقلت الرؤوس أم خشنت الأرض
"Kami shalat tapi di antara kedua mata kami tidak terlihat bekas apa pun. Sekarang, kami lihat sebagian orang shalat lalu di dahinya ada bekas hitam seperti lutut unta, sehingga kami tidak tahu apakah kepalanya terlalu berat atau tanahnya terlalu kasar?" (Khatib asy-Syirbini dalam as-Siraj al-Munir)
Jadi, sebaiknya munculnya bekas itu dihindari sebisa mungkin. Kecuali kalau sudah berusaha disembunyikan dengan berbagai cara tapi tetap menghitam sendiri, maka tak perlu dibahas, tentu tidak masalah dan bukan itu yang dibahas tulisan ini. Ingat, Rasulullah dan Khulafaur Rasyidin tidak hitam dahinya. Mereka adalah sebaik-baiknya teladan.
Semoga bermanfaat.