Warga Tengger di Lereng Bromo Rayakan Unan-unan
Warga Tengger di lereng Gunung Bromo, Kabupaten Probolinggo punya ritual (Yadnya) tersendiri dalam menggelar acara bersih desa yakni, Unan-unan. Ritual yang berulang setiap lima tahun sekali itu pada 2018 ini kembali digelar di sejumlah desa di kawasan Tengger.
Salah satu desa yang menggelar Unan-unan atau memayu bumi itu adalah Ngadisari. Ribuan warga Tengger memadati balai desa setempat, Jumat, 23 November 2018 untuk mengikuti ritual adat yang dipimpin dukun desa.
"Unan-unan merupakan upacara bersih desa atau selamatan desa. Tujuannya agar warga terhindar dari berbagai malapetaka," ujar Supoyo, 55 tahun, tokoh Tengger.
Sisi lain warga Tengger juga berharap, dengan Unan-unan warga yang sebagian besar petani bisa mendapatkan hasil panen yang melimpah.
Hal senada diungkapkan Camat Sukapura, Yulius Christian. "Selain sebagai ritual adat Tengger, Unan-unan juga bisa menjadi tujuan wisata budaya di kawasan Tengger," ujarnya.
Istilah "Unan-unan", kata Supoyo, berasal dari bahasa Jawa kuno yang artinya kurang (tuna). "Yakni mengurangi perhitungan bulan atau sasi dalam satu tahun pada waktu jatuh tahun panjang atau tahun landhung," ujarnya.
Dalam ritual Unan-unan, dukun desa memimpin upacara untuk membebaskan desa dari gangguan makhluk halus, juga menyucikan arwah yang belum sempurna agar kembali ke Sang Hyang Widhi Wasa.
Sehari menjelang pelaksanaan Unan-unan, warga Tengger menyembelih kerbau, yang dagingnya untuk selamatan desa. Sedang kepala kerbau beserta ubo rambe seperti, tumpeng dan jajanan pasar dijadikan sesasi untuk danyang, ibu pertiwi, dewa, arwah penjaga gunung berapi, penjaga sumber air air, dan buto (raksasa) penunggu desa. (isa)