Warga Sipil Rohingya Dibantai Militer Myanmar, Ini Respon 12 Ormas Islam
Jakarta: Sebanyak 12 organisasi masyarakat Islam membentuk Aliansi Kemanusiaan Indonesia untuk Myanmar. Hal itu merupakan respon kasus pembasmian terhadap warga sipil Rohingya di Myanmar, yang mengundang keprihatinan dunia.
“Difasilitasi pemerintah, para tokoh dari 12 ormas Islam itu, menggalang bantuan kemanusiaan yang meliputi bantuan kesehatan, makanan dan perlindungan,” tutur Helmy Faishal Zainii, Sekjen PBNU, pada ngopibareng.id, Kamis (31/08/2017).
Selain NU, terdapat ormas Islam lain, seperti Muhammadiyah, Darul Da’wah wal-Irsyad (DDII), Al-Irsyad, Mathlaul Anwar, Dewan Dakwah Islamiyah (DDI), Ikadi, dll. Mereka melakukan pertemuan dengan Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno Marsudi. Sebagai perwujudan keprihatinan atas masalah kemanusiaan. Mereka melaksanakan misi bersama bantuan kemanusiaan untuk Myanmar dengan nama Indonesia Aid. Indonesia Aid merupakan kolaborasi antara pemerintah dengan masyarakat Indonesia dalam bantuan kemanusiaan untuk konflik Rohingya/Rakhine di Myanmar.
Militer Myanmar telah membakar warga sipil Rohingya saat shalat Subuh, Rabu (30/08/2017). Ini yang menjadikan keprihatinan para tokoh Islam di Indonesia tersebut.
Penyerangan 30 pos polisi dan militer Myanmar oleh militan Rohingya berbuntut panjang. Dengan taktik licik, militer Myanmar membumihanguskan sebuah mesjid yang sedang digunakan untuk shalat Subuh berjamaah. "Mereka membunuh warga sipil yang sedang melakukan shalat. Mereka benar-benar iblis," teriak Hasan (32), seperti dikutip ngopibareng.id, dari The Asia Guardian.
Setidaknya ratusan warga tidak bersalah menjadi korban pembakaran sadis itu. Terlebih lagi, masjid yang dibakar tersebut merupakan salah satu tempat pengungsian warga Rohingya. Pemerintah Myanmar belum mengeluarkan statement apapun terkait aksi brutal tersebut.
Sementara itu, pertempuran masih terjadi di sekitar kota Rathedaung, tempat telah terjadi penumpukan pasukan Myanmar dalam beberapa pekan terakhir. “Anggota militer dan polisi bertempur melawan teroris ekstremis Bengali,” kata Min Aung Hlaing, panglima tertinggi angkatan bersenjata negara itu, dalam sebuah pernyataan yang menggunakan deskripsi negara untuk kelompok militan Rohingya.
“Orang-orang bersembunyi, terutama orang tua dan wanita,” kata Hla Tun, seorang pria Rohingya dari sebuah desa yang dekat dengan lokasi pertempuran.(adi)
Advertisement