Warga Singapura Dilarang Makan di Restoran, Ini Fakta Lockdown
Makan bersama keluarga di restoran merupakan kebahagiaan tersendiri. Bahkan, restoran menjadi tempat komunikasi yang nyaman. Tapi, kenyamanan itu kini berubah di Singapura. Warga setempat tak lagi leluasa makan di area publik itu.
Kasus Covid-19 di Singapura kembali melonjak, negara tersebut pun kembali memberlakukan lockdown. Singapura juga mengumumkan larangan makan di restoran dan membatasi pertemuan maksimal dua orang untuk membendung peningkatan penularan virus corona secara lokal.
Sebelumnya, seperti dilansir VOA, penerapan lockdown sebagian dan pengujian ketat serta pelacakan kontak, Covid-19 hampir menghilang di negara itu. Pihak berwenang melaporkan hampir tidak ada penularan lokal dalam beberapa bulan terakhir.
Namun, dalam beberapa minggu terakhir kasus virus corona kembali melonjak. Para pejabat mengumumkan beberapa klaster baru, termasuk satu di bandara yang terdiri dari 46 kasus, sebagian besar di antara orang-orang yang bekerja di sana.
Area Publik Dilakukan Pembatasan Ketat
Mulai hari Senin 17 Mei 2021, jumlah kelompok di area publik atau ketika mengunjungi rumah akan dibatasi hanya untuk dua orang, turun dari yang saat ini diperbolehkan sebanyak lima orang.
Makan di restoran akan dilarang, dan semua karyawan yang bisa bekerja dari rumah harus melakukannya, kata pejabat dalam konferensi pers.
Langkah-langkah tersebut akan diberlakukan hingga 13 Juni. Kebijakan ini serupa dengan penerapan lockdown sebagian di Singapura pada tahun lalu.
Peningkatan transmisi lokal kemungkinan akan membatalkan gelembung perjalanan (travel bubble) bebas karantina antara Singapura dan Hong Kong, yang akan dimulai pada 26 Mei setelah upaya sebelumnya gagal.
Malaysia Lebih Dulu Lockdown
Akibat melonjaknya kasus positif Covid-19, Malaysia kembali memberlakukan lockdown di wilayahnya mulai Senin 10 Mei 2021. Lockdown berlaku untuk semua perjalanan antar negarabagian dan antardistrik akan dilarang dan pertemuan sosial juga dilarang.
"Institusi pendidikan akan ditutup tetapi sektor ekonomi akan dibiarkan terus berlanjut. Malaysia menghadapi gelombang ketiga COVID-19 yang dapat memicu krisis nasional," kata Perdana Menteri Muhyiddin Yassin dikutip Reuters, belum lama ini.
Selain itu, hal yang melatarbelakangi lockdown ini juga karena pemerintah menduga adanya varian baru virus corona dengan tingkat infeksi yang lebih tinggi dan kendala yang berkembang pada sistem kesehatan masyarakat.
Maka dari itu, Lockdown nasional yang dilakukan Malaysia akan berlangsung selama tiga pekan hingga 7 Juni 2021 mendatang.
Sementara diketahui, data COVID-19 di Malaysia memang terjadi lonjakan penularan virus corona dalam beberapa pekan terakhir. Pada Senin, dilaporkan ada 3.807 kasus baru. Saat ini total ada 444.484 kasus dan 1.700 kematian.