Warga Sikka dan Flores Evakuasi Diri dari Ancaman Tsunami
Gempa berkekuatan magnitudo 7,5 (dimutakhirkan 7,4) di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT), terasa kuat. Warga yang panik berhamburan keluar dari rumah.
Selain itu, adanya potensi peringatan dini tsunami semakin membuat takut warga. Mereka berlarian keluar rumah hingga menumpang truk untuk menyelamatkan diri.
Sejumlah video yang beredar di media sosial, Selasa, 14 Desember 2021, warga Kabupaten Sikka keluar rumah terutama warga dari Kota Uneng. Hal ini lantaran mereka tinggal dekat pesisir pantai.
Warga berbondong-bondong berjalan kaki menuju ke Kantor Bupati Sikka. Semua barang-barang seperti ijazah pun dibawa ke Kantor Bupati Sikka untuk diselamatkan.
Selain itu, terlihat sejumlah toko hingga kios mulai ditutup pemiliknya.Bahkan, para pegawai kantor pun lari kembali ke rumahnya untuk melihat keadaan keluarganya.
Selain itu, ada pula warga yang melakukan evakuasi dengan menumpang truk. Mereka menuju gunung, agar terhindar dari tsunami. Sampai berita diturunkan belum ada informasi korban jiwa maupun kerugian material akibat gempa.
Begitu juga warga yang berada di Flores Timur, juga melakukan evakuasi secara mandiri pasca gempa bumi. Warga wilayah pesisir di daerah itu untuk sementara melakukan evakuasi secara mandiri pascagempa bumi di Laut Flores.
"Saat ini warga di wilayah pesisir utara di daratan Larantuka maupun Pulau Adonara, mulai bergerak ke area yang lebih tinggi atau perbukitan untuk menghindari ancaman tsunami," kata Wakil Bupati Flores Timur Agustinus Payong Boli seperti dikutip Antara.
Ia mengatakan hal itu berkaitan dengan upaya mitigasi potensi bencana tsunami akibat gempa bumi berkekuatan 7,5 magnitudo di Laut Flores.
Agustinus mengatakan jika terjadi tsunami, wilayah di Flores Timur yang berpotensi terdampak, yaitu di bagian pantai utara Kecamatan Wulanggitan, Titehena, Lewolema, Tanjung Bung, maupun di Pulau Adonara, terutama di Kecamatan Adonara, Adonara Barat.
Ia mengatakan pemerintah daerah melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) mengimbau warga di pesisir untuk berpindah sementara ke tempat yang lebih aman guna menghindari ancaman tsunami.
"Sebagian besar warga mengevakuasi diri secara mandiri karena belajar dari pengalaman bencana tsunami pada 1992," katanya.