Warga Papua Marah karena Dimaki dan Dihina Seperti Monyet
Ketua DPRD Papua Barat Pieter Kondjol menyebut aksi kerusuhan di Manokwari disebabkan karena massa merasa sangat terhina dan ternista dengan yang dialami oleh mahasiswa mereka yang berada di Surabaya dan Malang. Mereka dimaki dan bahkan dibilang monyet. Rasa sakit hati itu pun kemudian cepat menyebar melalui media sosial.
"Manokwari padahal dikenal sebagai daerah yang aman dan tenteram. Saya termasuk orang yang kaget dengan kejadian ini," kata Piter Kondjol saat diwawancari Kompas TV.
Kata Pieter, massa membakar gedung DPRD yang dianggap sebagai simbol pemerintahan, sebagai bentuk protes dengan yang dialami oleh mahasiswa mereka di Surabaya dan Malang.
Menurut Pieter, sebelumnya dirinya mengaku jika sudah dihubungi oleh mahasiswa yang mengabarkan akan melakukan aksi. "Saya ditelepon mahasiswa jika Senin ini akan turun ke jalan. Saya sampaikan tolong dilakukan dengan damai," kata dia.
Saat massa kemudian membakar Gedung DPRD Manokwari, Pieter termasuk orang kaget. Beberapa anggota DPRD Manokwari pun saat ini memang lagi tidak ada di tempat. Namun secepatnya DPRD akan melakukan pertemuan untuk membahas situasi ini.
"Dalam waktu dekat kita mungkin akan membentuk tim untuk melakukan tindak lanjut apa yang terjadi di Surabaya dan Malang.
Sebelumnya, massa aksi membakar gedung DPRD Papua Barat. Api bercampur kepulauan asap menyelimuti gedung wakil rakyat di Papua Barat.
Akibat pembakaran gedung DPRD Papua Barat, sejumlah ruas jalan ditutup. Salah satunya adalah jalan utama di daerah itu, Jalan Yos sudarso. Menurut Budi, peristiwa berawal dari aksi protes warga atas dugaan persekusi dan rasisme terhadap mahasiswa Papua di sejumlah daerah di Jawa Timur.
Massa kemudian menyampaikan protes dengan menyebar ke sejumlah jalan sambil membawa senjata tajam dan spanduk sebagai bentuk protes. Sebagian massa yang membawa senjata tajam menebang pohon untuk membuat blokade jalan. Aparat keamanan berusaha membubarkan aksi massa. Sebagian berjaga di objek vital seperti bank, pusat perbelanjaan dan lainnya.
"Sejumlah ruas jalan ditutup setelah pembakaran gedung DPRD ini," kata salah seorang saksi mata.
Sejumlah ruas jalan yang diblokade, yakni Jalan Yos Sudarso, Jalan Trikora Wosi dan jalan Manunggal Amban, Distrik Manokwari Barat, Kabupaten Manokwari. itu, massa juga melemparkan pecahan botol dan merobohkan papan reklame, serta tiang lampu lalu lintas di pinggir jalan Yos Sudarso. Aksi ini sebagai bentuk protes terhadap tindakan persekusi dan rasisme yang dilakukan oleh organisasi masyarakat (ormas) dan oknum aparat, terhadap mahasiswa Papua, di Malang, Surabaya dan Semarang.
Wakil Gubernur Papua Barat Mohamad Lakotani menyebutkan, massa menutup hampir semua ruas jalan di Manokwari. Bahkan ia tidak bisa mendekati gedung DPRD Papua Barat yang jaraknya cukup dekat dengan kantornya. Hal itu karena massa masih beringas. Lakotani mengatakan, pimpinan daerah saat ini sedang berusaha untuk melakukan negosiasi dengan pemimpin aksi. Ia sudah berkoordinasi dengan kapolda dan panglima TNI untuk bertemu dengan pemimpin aksi massa agar situasi bisa tenang.
"Kami sedang mencari jalan untuk bertemu dengan pimpinan aksi," kata Lakotani.
Advertisement