Warga Nahdliyin Berduka, Ulama Karismatik KH Dimyati Rois Wafat
Warga Nahdliyin berduka. KH Dimyati Rois, Pengasuh Pesantren Al-Fadlu wal Fadilah Kaliwungu, wafat pada Jumat, 10 Juni 22, pukul 1.10 WIB. Sebelum mengembuskan nafas terakhir, Kiai Dimyati menjalani perawatan di Rumah Sakit Tlogorejo, Semarang, Jawa Tengah.
Ulama kelahiran Tegal 5 Juni 1945 adalah Musytasyar PBNU, peraih suara terbanyak Ahlul Halli wal aqdi (AHWA) pada Muktamar ke-34 NU di Lampung akhir 2021.
"Innalillaahi wainna ilaihi rajiuun. Kita kehilangan satu lagi ulama alim NU dipanngil oleh Allah. Lahul faatihah," tutur Mukhlisin, aktivis Media Watch PPM Aswaja, Jumat 10 Juni 2022.
Jejak Muktamar ke-34 NU
Pada Muktamar ke-34 NU di Lampung, Kiai Dimyati Rois termasuk di antara sembilan anggota Ahlul Halli wal Aqdi (Ahwa) -- Kamis 23 Desember 2021 di gedung serba guna kampus Universitas Lampung (Unila).
Anggota Ahwa terpilih berasal dari usulan muktamirin (peserta muktamar) ketika melakukan registrasi peserta.
Berdasarkan hasil tabulasi atau penghitungan akhir, anggota Ahwa terpilih ialah: KH Dimyati Rois dengan perolehan suara 503, KH Ahmad Mustofa Bisri 494 suara, KH Ma’ruf Amin 458 suara, KH Anwar Manshur 408 suara.
Lalu, TGH Turmudzi Badaruddin dengan perolehan suara 403, KH Miftachul Akhyar 395 suara, KH Nurul Huda Jazuli 385 suara, KH Ali Akbar Marbun 309 suara dan terakhir KH Zainal Abidin 272 suara.
Dewan Syura PKB
"Kami semua kehilangan beliau, karena beliau itu 'jimat' bagi PKB," ujar Sekretaris Jenderal PKB Hasanuddin Wahid.
Kiai Dimyati dikenal sebagai kiai pengayom dan selalu mengarahkan ke mana PKB harus melangkah.
"Sebagai Ketua Dewan Syuro, beliau sangat mengayomi, membimbing, mengarahkan dan mandegani serta mendukung penuh segala langkah dan kebijakan DPP PKB," tuturnya.
"Bahkan doa dan riyadah beliau untuk kebesaran PKB selama ini tidak pernah terputus, karena itu beliau adalah jimatnya PKB," sambungnya.
Untuk menyambung doa kepada Kiai Dimyati, kata Hasanuddin, seluruh pengurus dan kader PKB diinstruksikan menggelar shalat ghoib dan tahlil.
"Diinstruksikan kepada seluruh pengurus dan kader DPW, DPC, DPAC dan DPRt PKB seluruh Indonesia untuk menggelar shalat ghoib dan tahlil selama 7 hari," tuturnya.
KH. Dimyati Rois lahir pada 5 Juni 1945 di Tegal Glagah Bulakamba, Brebes, Jawa Tengah. Putra kelima dari sepuluh bersaudara, pasangan KH. Rois dan Nyai Djusminah.
Tak hanya Abah Dim dikenal luas di masyarakat. Saudara-saudaranya pun berkhidmah di tengah umat, di antranya, Ny. Khanifah, KH.Tohari Rois, KH. Masduki Rois, H. Murai Rois, KH. Saidi Rois, Ny. Khotijah, KH. Syatori Rois, Ny. Mukoyah dan Ny. Daroroh.
KH Dimyati Rois bergulat di ladang pertanian. Selain itu, kedua orang tuanya selalu mengajarkan dan melatih kepada putra-putrinya untuk senantiasa taat dalam beribadah.
Ulama dan Politik
Kiai Dimyati Rois, dikenal sebagai ulama pesantren yang sederhana. Ia orator ulung yang mampu membius massa.
Ketua Dewan Syura DPP PKB, punya pengaruh cukup luas. Tak heran hal itu membuat rumahnya selalu menjadi tempat singgah tokoh nasional. Namun, ia tidak mau terjun langsung menjadi politisi. Ia dikenal dekat dengan Matori Abdul Djalil, ketua umum pertama Partai Kebangkita Bangsa (PKB).
Salah satu kelebihan yang tidak banyak dimiliki kiai lain adalah kemampuannya dalam kewirausahaan. Tak hanya mengajar mengaji, ia memiliki berbagai usaha yang menghasilkan uang sekaligus melatih para santrinya untuk bisa berwirausaha, terutama dalam bidang pertanian dan perikanan.
Ia juga dikenal sebagai kiai yang banyak memiliki ilmu hikmah atau ilmu kesaktian. Hal ini menambah kewibawaannya di kalangan masyarakat.
Latar Belakang Keluarga
Pada 1 Januari 1978, KH. Dimyati Rois melepas masa lajangnya dengan menikahi Hj. To’ah, putri tunggal dari pasangan KH. Ibadullah dan Hj. Fatimah.
Buah dari pernikahannya, beliau dikaruniai sepuluh putra-putri, yaitu, H. Gus Fadlullah, H. Gus Alamudin BA., Hj. Ning Lailatul Arofah, H. Gus Qomaruzzaman, Hj. Ning Lama’atus Sobah, H.Gus Hilmi, H.Gus Thoha Mubarok, H.Gus Husni Mubarok, H.Gus M. Iqbal dan Gus Abu Khafsin Almuktafa.
KH. Dimyati Rois membekali putra-putrinya dengan nilai-nilai agama Islam, mengajari putra-putrinya untuk menuntut ilmu dan terus belajar, karena menurut beliau bahwa seseorang tidak akan menjadi pandai tanpa adanya suatu proses pembelajaran.
Advertisement