Warga Malang Buta Usai Vaksin, Ini Efek Samping AstraZeneca
Joko Santoso, warga Kelurahan Arjowinangun, Kedungkandang, Kota Malang, Jawa Timur, sempat mengalami kebutaan selama tiga hari. Kejadian ini dialami pria 38 tahun itu, usai mendapatkan suntikan vaksin jenis AstraZeneca di balai RW di lingkungan tempat tinggalnya pada September 2021 lalu.
Dari 148 warga yang ikut vaksin, hanya Joko Santoso yang mengalami KIPI kebutaan. Bulan Desember ini seharusnya Joko Santoso mendapatkan vaksin dosis kedua, tetapi dokter menyarankan agar dia tidak mengikuti vaksinasi dulu.
Hingga saat ini penglihatan Joko belum pulih total. Dunianya tak berwarna. Hanya hitam-putih saja. Terkait hal tersebut Ketua Satgas NU Peduli Covid-19 Malang Raya, dr Syifa Mustika mengatakan bahwa vaksin jenis AstraZeneca memiliki efek samping yang disebut tromboemboli.
"Jadi tromboemboli itu risiko penyumbatan pembuluh darah," ujarnya, pada Jumat 3 Desember 2021.
Dokter Syifa menduga bahwa efek samping tersebut yang membuat penglihatan dari Joko sempat mengalami kebutaan. Meski begitu, ia masih belum mengetahui pasti apakah vaksinasi menjadi faktor utama penyebab kebutaan yang dialami oleh Joko Santoso.
"Jika memang benar itu Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI), maka itu termasuk KIPI berat," katanya.
Vaksin jenis AstraZeneca, jelas dokter Syifa, sudah mendapatkan rekomendasi dari World Health Organization (WHO) atau Badan Kesehatan Dunia untuk digunakan pada negara yang tertular Covid-19 varian baru.
"Vaksin ini tetap dapat memberikan proteksi agar tubuh dapat melawan bagian virus yang tidak bermutasi. Bahkan ada uji kemampuannya efektif melawan varian Delta. Sementara kejadian efek samping ini terbilang kecil, hanya 1:1.000," ujarnya.
Jika ada warga yang merasakan efek samping pasca disuntik vaksin jenis AstraZeneca, harus segera melaporkan kepada fasilitas kesehatan terdekat agar secepatnya dilakukan penanganan.
"Langkahnya kalau ada temuan seperti itu, laporkan ke faskes penyelenggara vaksinasi, dilakukan identifikasi, diambil diagnosis dan penanganan. Jika memang itu terbukti KIPI, maka menjadi tanggungan pemerintah," pesan dokter Syifa.