Warga Korban Eksekusi Mulai Terkena Penyakit
Hampir dua pekan pasca eksekusi, warga masih tetap bertahan di sekitar area rumah mereka yang sudah rata dengan tanah. Tinggal di tempat terbuka membuat beberapa warga mulai sakit. Ada yang demam ada pula yang sesak nafas.
"Memang mulai ada yang sakit. Ada beberapa orang yang sakit. Ada yang sesak nafas. Istri saya juga panas. Takutnya kena Malaria," kata Heri Purnomo, 39 tahun.
Pria yang juga menjabat sebagai ketua RT di lokasi yang menjadi obyek sengketa ini menyatakan istrinya yang bernama Siti Rohana, 34 tahun, sakit mulai Minggu, 24 November 2019 malam. Istrinya menggigil. Anaknya juga sempat sakit.
"Sempat ada warga yang pingsan beberapa hari lalu. Kejadiannya pagi sekitar jam 06.00 WIB atau jam 07.00 WIB. Nafasnya terputus-putus. Saya takut dia meninggal. Saya langsung bawa ke puskesmas. Ahmamdulillah sudah membaik lagi," katanya.
Selama bertahan di lokasi yang sudah dieksekusi itu, warga rata-rata tinggal di tempat terbuka. Tempat tinggalnya hanya beratapkan terpal tanpa dinding. Sehingga mereka tak bisa berlindung dari angin malam. Pada siang hari, suhu udara sangat panas. Ditambah lagi dengan debu dari bangunan yang dirobohkan.
"Kalau siang panas sekali. Banyak warga yang tidak kuat. Kadang warga memilih berteduh di bawah pohon," katanya.
Untuk kebutuhan air mandi dan buang air besar, warga memanfaatkan sumur yang tertimbun reruntuhan bangunan. Sumur itu dibersihkan lagi agar airnya bisa dimanfaatkan. Untuk buang air besar, warga juga mencari bekas WC yang masih bisa digunakan.
"Daripada kesulitan buang air besar atau harus mencangkul lagi. Kalau listrik ada sumbangan dari warga sebelah," katanya.