Warga Kediri Tewas di Dasar Sungai Diotopsi, Ini Hasilnya
Jenazah warga Kediri yang ditemukan tewas di dasar Sungai Setail tepatnya di Dam 1, Dusun Tempurejo, Desa Sidorejo, Kecamatan Purwoharjo, Banyuwangi, akhirnya diotopsi di RSUD Blambangan, Kamis, 16 September 2021. Hasilnya korban meninggal karena adanya perdarahan pada paru-paru dan pembesaran pada ventrikel jantung kiri.
Kepala Instalasi Kamar Jenazah RSUD Blambangan, dr. Solakhudin menyatakan, dari hasil pemeriksaan luar tidak ditemukan adanya trauma atau tanda-tanda kekerasan di seluruh tubuh korban. Selain itu, ditemukan adanya dari kedua lubang hidung dan mulut korban juga keluar darah.
Dalam pemeriksaan, tubuh bagian luar korban juga ditemukan bekas tali atau istilah medisnya jejas pada pergelangan kaki kanan bawah. Jejas ini lingkarannya memiliki diamater 23 cm, dengan lebar 4 cm.
“Jejas itu tejadi pada saat jenazah masih hidup. Jadi itu untuk pemeriksaan luarnya tidak ada tanda-tanda kekerasan,” tegasnya.
Sementara itu, dari hasil pemeriksaan dalam ditemukan sedikit cairan bening pada sekitar saluran pernapasan di daerah leher korban. Kemudian di bagian paru-paru terdapat perdarahan. Sedangkan pada jantung ada sedikit pembesaran pada ventrikel kiri.
“Yang terjadi adalah bahwa jenazah masuk ke dalam air dalam posisi masih bernapas. Airnya adalah air tawar,” bebernya.
Mengenai penyebab meninggalnya korban, lanjutnya, akibat adanya gangguan jantung pada ventrikel karena ada air tawar yang masuk pada saluran pernapasan. Sehingga terjadi hemodilusi dari darah.
“Sehingga darahnya warnanya kehitaman dan encer. Kehitaman karena banyak mengandung karbondioksida, encer karena juga ada campuran dengan air tawar,” tegasnya.
Sebelumnya, Purwanto ditemukan dalam keadaan tewas di dasar Sungai Setail di wilayah Dam 1, Dusun Tempurejo, Desa Sidorejo, Kecamatan Purwoharjo, Banyuwangi. Mayat pria ini ditemukan sekitar pukul 18.00 WIB, Selasa, 14 September 2021.
Saat ditemukan, kaki kanan korban tampak terikat tali tampar. Pada ujung lain tali tampar tersebut terikat dengan sebatang balok besi.
Proses pencarian korban tidak mudah. Teman-teman korban harus mengeringkan aliran sungai tersebut. Setelah air sungai surut, barulah korban berhasil ditemukan dalam keadaan sudah tidak bernyawa.