Warga Jember Temukan Bayi Perempuan di Pekarangan Rumah
Sumiati, 50 tahun, warga Dusun Gondongsari, Desa Rowotengah, Kecamatan Sumberbaru, menemukan bayi di pekarangan rumahnya, Senin, 21 Maret 2021 pagi. Bayi itu kini sedang menjalani perawatan di RSD dr Soebandi, Jember.
Kapolsek Sumberbaru, AKP Facthur Rahman mengatakan, Sumiati sudah mendengar tangisan bayi sejak pukul 04.30 WIB. Namun, Sumiati mengira tangisan bayi itu berasal dari tangisan bayi tetangganya.
Kemudian, pada Senin pagi pukul 06.00 WIB, saat sedang mencari kunci untuk bumbu dapur di pekarangan rumah, tangisan bayi itu kembali terdengar oleh Sumiati.
Sumiati kemudian mendekati sumber tangisan itu. Sumiati kaget ternyata tangisan itu adalah tangisan bayi berjenis kelamin perempuan yang diduga dibuang oleh orang tuanya.
Bayi itu tergeletak di tanah, tepat di bawah pohon kelapa. “Awalnya ibu Sumiati sedang mencari kunci. Saat kembali mendengar tangisan bayi dari arah pekarangan rumahnya. Setelah dicek ternyata ada bayi jenis kelamin perempuan,” kata Facthur, Selasa, 22 Maret 2022.
Saat ditemukan, bayi itu dalam kondisi telanjang. Kakinya juga sudah dikerumuni semut dan berlumuran pasir.
Sementara, tali pusar bayi itu sudah terlepas. Diduga kuat bayi itu masih sempat dirawat oleh orang tuanya.
Sumiati kemudian melaporkan penemuan bayi itu kepada perangkat desa setempat, yang kemudian dilanjutkan ke Polsek Sumberbaru.
Anggota Polsek Sumberbaru bersama tim medis datang ke lokasi mengevakuasi bayi itu ke Puskesmas Rowotengah.
Berdasarkan pemeriksaan medis, bayi itu diduga baru berusia 2 hari. Bayi perempuan itu memiliki berat badan 1.300 gram dan panjang badan 36 cm.
“Bayi itu hanya memiliki berat badan 1.300 gram, diduga bayi itu lahir prematur saat usia kehamilan ibunya baru berusia delapan bulan,” lanjut Facthur.
Hingga saat ini bayi malang itu masih menjalani perawatan di RSD dr Soebandi. Sebab pada tubuh bagian belakang bayi itu terdapat benjolan yang diduga Spina bifida atau kelainan sejak lahir yang terjadi ketika tulang belakang dan sumsum tulang belakang tidak terbentuk secara tepat.
Facthur menjelaskan, Sumiati selaku penemu pertama bayi itu ingin mengadopsi bayi malang itu. Sebab, Sumiati mengaku masih belum dikaruniai seorang anak.
“Ibu Sumiati sangat ingin mengadopsi bayi itu, namun setelah diberi pengertian oleh petugas akhirnya mengalah. Karena proses adopsi bayi yang tidak diketahui orang tuanya harus melalui beberapa proses,” kata Facthur.
Advertisement