Warga Jakarta Lega, Tahu Tempe Tersedia di Pasar Lagi
Beberapa produsen tahu dan tempe di Jakarta mulai berproduksi kembali setelah tiga hari meghilang karena tingginya harga kedelai. Pedagang sayur di pasar tradisional maupun yang keliling masuk keluar kampung, juga mulai menjual tempe.
"Di pasar sudah banyak yang menjual tempe, tapi harganya masih lebih tinggi dari sebelum mogok," kata seorang pedagang sayur di Pasar Palmerah Jakarta, Pok Munah.
Ia membadingkan harga tempe berukuran sedang yang sebelumnya Rp 5.000 sekarang menjadi Rp6.000. Meskipun harganya belum stabil pembeli tidak mempermasalahkan, yang penting barangnya ada.
Tempe adalah makanan khas Indonesia yang terbuat dari biji kedelai yang disukai oleh semua lapisan masyarakat, selain murah meriah, tempe sudak akrab dengan lidah masyarakat untuk di sayur maupun dibuat gorengan.
Perajin Tempe di daerah Cileduk, Darno mengatakan ia mulai memproduksi tempe sejak Munggu 3 Januari 2021 untuk dipasarkan hari ini.
"Perajin tahu dan tempe sepakat mogok produksi selama tiga hari. Senin ini kami beraktivitas seperti biasa, setelah pemerintah berjanji akan membantu pengadaan kedele dengan harga yang lebih murah," kata perajin tempe asal Brebes kepada Ngopibareng, Senin 4 Januari 2021.
Sedikitnya 5.000 produsen dan pedagang tahu dan tempe di Jakarta sebelumnya melakukan aksi mogok produksi, sejak Jumat, 1 Januari hingga 3 Januari 2021. Pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) yang tergabung dalam Pusat Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Puskopti) DKI itu melakukan aksi mogok karena harga bahan baku kedelai yang naik tajam, dari Rp7.200 menjadi Rp9.200 per kilogram (kg).
"Mulai hari ini, tanggal 1 Januari 2021 sampai 3 Januari 2021 para pengrajin tempe tahu, berhenti produksi," kata Sekretaris Puskopti DKI Jakarta, Handoko Mulyo, Jumat 1 Januari 2021.
Menurutnya, aksi mogok produksi itu telah disampaikan kepada sekitar 5.000 produsen maupun pedagang tahu dan tempe di DKI Jakarta melalui surat nomor 01/Puskopti/DKI/XII/2020 yang dikeluarkan Puskopti DKI Jakarta pada 28 Desember 2020.
Seruan mogok kerja itu juga disampaikan Handoko kepada jajaran pengurus di wilayah Provinsi Jawa Barat. Sementara, keputusan untuk menghentikan sementara proses produksi, kata Handoko, disepakati jajaran pengurus Puskopti pada Kamis 31 Desember, 2020.
"Malam Sabtu sampai malam Minggu, tanggal 2 Januari 2021 semua tidak berjualan. Malam Senin tanggal 3 Januari 2021 sudah ada penjualan di pasar," ujarnya.
Selain itu, Puskopti juga mengimbau kepada seluruh anggota untuk menaikkan harga jual tahu dan tempe minimal 20 persen dari harga awal untuk mengantisipasi kerugian.
"Kami juga sudah berkomunikasi dengan jajaran pengurus di Jawa Barat agar kenaikan harga dilakukan secara kompak," katanya.
Selama aksi mogok kerja berlangsung, kata dia, seluruh anggota dilarang untuk berbuat anarkis atau melanggar aturan hukum.
"Perbuatan melanggar hukum ditanggung sendiri akibatnya," katanya.