Warga Binaan Lapas Kelas II A Kediri Tekuni Jualan Kuliner
Bagi Nurkholik, untuk menjalani sisa masa tahanan 6,5 tahun di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Kediri adalah masa penantian yang sangat panjang. Di masa penantian itu, ia ingin melebur dosa-dosanya dengan berbuat baik dan membantu sesama.
Karena dinilai sering berbuat baik selama menjalani pembinaan di dalam lapas, ia kemudian dipilih oleh pihak lapas setempat untuk mendapatkan pelatihan memasak dan membuat minuman.
Selama tiga bulan mengikuti pelatihan, terpidana kasus pembunuhan dengan vonis kurungan sembilan tahun penjara ini dengan mudah menyerap semua materi yang diajarkan oleh pendamping.
Pelatihan diberikan di ruang bimbingan kerja setiap siang hari, usia mengikuti bimbingan kerohanian (mengaji).
"Di saat penghuni lainnya mengikuti pelatihan berupa pembuatan mebel dan keterampilan tenun, saya justru lebih memilih pelatihan memasak. Alasannya, karena dari dulu saya memang hobi memasak dan suka dagang," kata pria berusia 48 tahun ini.
Materi pelatihan yang diberikan oleh pihak lapas ketika itu tentang bagaimana cara membuat jus buah, membuat minuman jagung Hawaii serta memasak nasi gegok khas Trenggalek.
Setelah kemampuannya dianggap mumpuni, timbul ide dari pihak lapas untuk memberikan fasilitas rombong beroda, berbahan besi stainless. Warung non permanen ini dikonsep secara milenial. Semua perabotan rombong maupun tempat duduk dikerjakan oleh warga binaan.
Rombong itu ditempatkan di tepi jalan di depan kantor lembaga pemasyarakatan.
"Saya sangat senang sekali mas, dengan begini hobi saya memasak dan membuat minuman bisa tersalurkan. Selama berjualan, allhamdulillah respon masyarakat sangat positif. Bahkan pembelinya justru lebih banyak dari luar. Kalau pengunjung lapas biasanya hanya membeli minuman teh dan kopi sambil menunggu nomor antrean," terangnya.
Dari sekian varian menu yang dijual, paling laku dan banyak diminati adalah minuman jagung Hawaii, jus buah, mie goreng dan nasi gegok khas Trenggalek. Harganya pun ringan di kantong. Jika pada umumnya harga masakan mie goreng di pasaran dijual Rp11.000 ribu per porsi, di sini cuma dijual Rp8.000 per porsi. Minuman jus buah Rp7000 ribu, es jagung Hawaii Rp6000 dan nasi gegok Rp8000 ribu.
"Kalau nasi gegok itu lauknya dari ikan pindang. Bumbu rujak tapi yang ini lebih mantap, nasi campur kuah dikukus dengan daun pisang jadi rasanya terasa sedap," urainya.
Nurkholik diizinkan berjualan mulai pukul 07.30 - 14.30 WIB. Namun belum sampai 14.30 WIB, terkadang dagangannya tersebut terlebih dulu habis. Sebelum berjualan keluar, bapak empat anak ini membutuhkan waktu 30 menit untuk mempersiapkan bahan. Untuk mie goreng, bahan mie mentah yang disiapkan sekitar dua kilogram.
"Sebelum keluar berjualan, jam 06.30 WIB kita beribadah ke masjid lapas, mengaji dan beribadah salat duha," ujarnya.
Nurkholik sangat bersyukur dan sangat berterima kasih kepada pihak lapas karena telah memberikan perhatian kepada semua warga binaan yang ada di sini. Termasuk segala pembekalan pelatihan yang telah diberikan.
Dengan begitu, jika suatu saat nanti dirinya sudah selesai menjalani masa hukuman, setidaknya ia sudah memiliki bekal keterampilan untuk kembali hidup di tengah masyarakat.
"Ini nanti bisa saya kembangkan jika saya keluar dari sini. Harapan saya, selama tinggal di lapas, semoga saya tetap diberikan semangat untuk menjalani sisa masa hukuman. Pihak lapas bisa membimbing saya agar bisa lebih baik lagi. Syukur kalau bisa diberi pelatihan untuk membikin menu masakan lain," harapnya.
Nurkholik mengaku jerih payahnya selama berjualan telah mendapat apresiasi dari lapas dalam bentuk reward pemberian uang setiap bulan. Uang itu dapat ia pergunakan untuk menopang keperluan sehari-hari, semisal untuk membeli rokok dan keperluan lainya.
Meski masih menjalani masa hukuman di lapas, ia bisa bersyukur karena kebutuhan ekonomi keluarganya masih cukup. Sebab, sebelumnya ia bersama istri telah memiliki usaha warung makanan di wilayah Sepanjang Sidoarjo.
"Intinya pihak lapas tidak menutup mata dan sangat peduli, " kata pria lulusan Sekolah Menengah Pertama ini.
Lebih lanjut, ia tidak memungkiri, rasa penyesalan atas perbuatannya di masa lampau terkadang hinggap di hati kecilnya. Namun karena penyesalan itulah yang membuat dirinya bertobat untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan lebih mendekatkan diri kepada sang pencipta semesta.
Menurutnya pasca kejadian itu, pihak keluarganya sudah meminta maaf kepada pihak keluarga korban dan ia sangat bersyukur mereka sudah mau membuka pintu maaf.
Selama menjalani masa hukuman di lapas, terkadang juga timbul perasaan kangen dengan istri dan empat orang anaknya yang tinggal di Sidoarjo. Karena masih masa pandemi, pihak lapas meniadakan peraturan berkunjung secara tatap muka. Sebagai gantinya lapas telah memfasilitasi alat komunikasi berupa video call.
"Kalau ke sini memang saya larang, cuman video call saja. Kasihan kalau datang karena lagi musim pandemi, saya sendiri khawatir. Biasanya saya video call setelah ashar setelah berjualan selesai," ungkapnya.
Dalam setiap kali tafakur menghadap sang Khalik, tidak lupa ia selalu memanjatkan doa untuk keluarganya agar selalu sehat dan dijauhkan dari segala macam musibah.
Sementara itu, Yudistira, staf Kamtib Lembaga Pemasyarakatan kelas IIA Kediri menilai keseharian Nurkholik dalam menjalani masa hukuman di dalam, dianggap sangat baik. Ia selalu menaati ketentuan dan peraturan yang ada, sehingga layak mendapatkan kesempatan.
"Beliau bisa seperti itu harus melalui beberapa persyaratan antara lain, berperilaku baik menaati tata tertib, TPP, serta telah menjalani masa hukuman satu setengah tahun," pungkasnya.