Banyak Korban di Longsor Nganjuk, Wabup Nganjuk: EWS Tak Fungsi
Wakil Bupati Nganjuk Marhaen Jumadi mengatakan Early Warning System (EWS) yang dipasang di titik-titik bencana alam tidak berfungsi saat terjadi bencana longsor di Selopuro, Ngetos, Nganjuk, Jawa Timur.
"Di beberapa tempat sebenarnya sudah ada, tapi kemarin tidak fungsi. Harusnya kan otomatis, mungkin karena perawatan kurang, jadi tidak optimal fungsinya," katanya saat ditemui di Pendopo Nganjuk, Rabu 17 Febuari 2021.
Lanjut Marhaen, di lokasi longsor Selopuro sudah dipasang EWS 5 titik. Kelima EWS yang dipasang itu ternyata tidak berfungsi. Untuk itu, Pemkab Nganjuk masih terus menggali informasi terkait tidak fungsinya EWS tersebut.
"Ada 5 titik, termasuk di Sawahan. Tapi juga nggak fungsi. Padahal ada juga retakan tanah di daerah Margopatut, lokasi wisata Petung wulung, tapi tidak bunyi," katanya.
Karena diketahui ada beberapa peralatan EWS yang tidak berfungsi, Pemda Nganjuk merencanakan untuk pengadaan peralatan baru.
"Kita akan pengadaan alat baru. Untuk alat yang lama ini kalau masih bisa diperbaiki akan kita perbaiki juga," katanya.
Sementara itu, menanggapi korban longsor di Selopuro, Marhaen mengaku sebelumnya sudah memperingatkan kepada warga untuk segera pindah. Namun, warga bersikeras tidak mau pindah dari desa tersebut.
"Kita dulu sudah mengimbau agar untuk segera pindah, karena tanahnya labil," katanya.
Nurul Kholifah, salah satu kerabat korban bencana longsor mengakui, 4 tahun yang lalu sudah diingatkan oleh pemerintah untuk segera pindah dari rumahnya. Alasannya tanah di Selopuro ini labil. Dan waktu itu sudah ada tanda-tanda akan terjadi longsor.
"Kita 4 tahun lalu sebenarnya sudah diingatkan untuk pindah, karena sudah ada retakan tanah. Tapi pas terjadi longsor tidak ada tanda-tanda," katanya.
Namun, Nurul dan keluarga waktu itu ngotot tidak mau pindah karena dinilai masih aman. "Ya soalnya waktu itu masih," katanya ditemui di posko tanggap darurat bencana tanah longsor kecamatan Ngetos usai menerima bantuan.