Wapres Minta Komitmen Tripilar Tarbiyah-Perti Dijadikan Pedoman
Komitmen Tripilar Tarbiyah-Perti (pendidikan, dakwah, dan sosial) harus menjadi pedoman untuk mencapai tujuan bersama.
Wakil Presiden (Wapres) K.H. Ma’ruf Amin menyampaikan pesan itu pada saat membuka Muktamar Persatuan Tarbiyah Islamiyah (Tarbiyah-Perti) bersama Organisasi Serumpun
di Mercure Convention Center Ancol, Minggu malam 23 Oktober 2022.
Wapres mendorong peran Tarbiyah-Perti dalam dunia pendidikan untuk membangun sumber daya manusia (SDM) unggul agar bangsa Indonesia mampu bersaing di tataran global.
"Satu sisi penting pendidikan adalah menyiapkan generasi yang paham agama dan bisa menyampaikan dakwah ( i’dadul mutafaqqihina fiddin i’dadul rijalud dakwah) sebagai penerus para ulama pendahulunya," kata Wapres.
Pesantren-pesantren yang didirikan para ulama kata Wapres, adalah dalam rangka i’dadul mutafaqqihina fiddin. Karena, para ulama nantinya tidak akan ada untuk selamanya.
Sebab itu Wapres menegaskan, pendidikan menjadi bagian cukup strategis untuk menyiapkan SDM yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai kunci memajukan perekonomian umat. Ini, kata Wapres sejalan dengan perintah Allah untuk memakmurkan bumi dan membaca ( iqra).
“ Iqra itu mengandung arti membaca, merenungkan, meriset segala apa yang ada di dalam Al-Qur’an maupun dalam tatanan kehidupan kita dalam rangka memakmurkan bumi dan negara kita. Ini tugas pendidikan yang harus kita pikul,” kata Wapres mengupas makna Iqro.
Di bidang dakwah, Wapres menekankan, esensi dakwah adalah kebaikan yang mendatangkan manfaat dan menghilangkan bahaya. Termasuk dengan menjaga keutuhan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.
“Dakwah kita ilal khair (menuju kebaikan), bagaimana membangun secara fisik melalui sedekah, bagaimana mengumpulkan ide-ide, gagasan-gagasan, inisiatif-inisiatif yang baik, atau menghilangkan konflik, menyatukan, mencegah terjadinya konflik,” pesannya.
Wapres pun menggarisbawahi, dakwah harus dilakukan sebagaimana tuntunan Al-Qur’an, yaitu menggunakan ucapan yang baik ( qaulan ma’rûfá), ucapan yang mulia ( qaulan karîmá), ucapan yang santun ( qaulan layyinâ). Juga ucapan yang lurus dan bukan hoaks ( qaulan sadîdá), ucapan yang mudah dimengerti ( qaulan maysûrá).
“Dan, bagi kita bangsa Indonesia, dakwah itu harus dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia, jangan keluar. Kenapa, karena NKRI ini adalah kesepakatan kita,” imbuhnya.
Dalam konteks tersebut, Wapres menjelaskan, NKRI merupakan kesepakatan dari para pendahulu negara ini dan juga para ulama, termasuk Syekh Sulaiman Arrasuli, sebagai al mitsaqul wathany (kesepakatan nasional). Oleh karena itu, ia menekankan, NKRI sebagai darul mitsaq ) (negara kesepakatan) yang harus dijaga, terlebih oleh umat Islam. Sebab, sejak dalam alam arwah manusia telah diperintahkan untuk selalu memegang teguh perjanjiannya dengan Allah ( mitsaq rabbani).
“Antara mitsaq rabbani dan mitsaq wathany itu tidak saling bertentangan. Karena apa, memegang mitsaq wathany adalah bagian dari memegang mitsaq rabbani,” tambahnya.
Menutup sambutannya, Wapres berharap kegiatan ini akan menghadirkan solusi atas berbagai isu strategis yang menjadi agenda organisasi demi mengokohkan kiprah Tarbiyah-Perti yang dicontohkan oleh Syekh Sulaiman Arrasuli.
“Kiprah Syekh Sulaiman Arrasuli sejak zaman perjuangan melawan kolonialisme agar menjadi kompas dalam memajukan dunia pendidikan, dakwah, serta sosial keumatan, dan sosial politik,” pesan Wapres.
Dalam catatan sejarah
ZTarelah menjalankan kiprah yang panjang sejak zaman perjuangan melawan kolonialisme di bawah asuhan Syekh Sulaiman Arrasuli. Meskipun sempat terpecah, pada 2016 organisasi ini berkomitmen untuk kembali bersatu membangun bidang pendidikan, dakwah, dan sosial keumatan. Untuk itu, sebagai upaya memajukan bangsa, ketiga pilar ini harus selalu dijaga.
Sebelumnya, Ketua Umum Pimpinan Pusat Tarbiyah-Perti Basri Bermanda menyampaikan, muktamar kali ini dihadiri organisasi serumpun dan organisasi fungsional sebagai wujud komitmen ishlah yang tidak hanya ada pada tataran pusat, tetapi juga menyentuh ke tingkatan terendah.
“Berbeda bukanlah berarti bermusuhan, tapi kita harus tegakkan bangsa ini dalam persatuan yang kokoh,” ucap Basri.
Acara ini, juga dihadiri Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy dan 790 peserta yang berasal dari unsur Tarbiyah-Perti beserta organisasi serumpun.
Sementara Wapres didampingi oleh Kepala Sekretariat Wapres Ahmad Erani Yustika, dan beberapa staf khusus.
Advertisement