Wapres Hadiri Sarasehan Pergunu, Guru Penentu Generasi Bangsa
Wakil Presiden Ma'ruf Amin menghadiri sarasehan dan pengukuhan pimpinan pusat Persatuan Guru NU (Pergunu) di Institut KH Abdul Chalim, Mojokerto. Orang nomor dua di Indonesia itu berpesan kepada para guru agar mampu mengantisipasi berbagai dampak disinformasi di era digital, karena para guru yang menentukan nasib generasi bangsa yang akan datang.
Kedatangan Kiai Ma'ruf disambut Kiai Asep yang juga menjabat Ketua Umum Pergunu, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa, Pangdam dan Kapolda Jatim, serta Bupati Mojokerto Ikfina Fahmawati dan Wabup Mojokerto Muhammad Al Barra.
Di masjid Institut KH Abdul Chalim, Ma'ruf Amin menghadiri sarasehan dan pengukuhan pimpinan pusat Pergunu. Sarasehan yang dihadiri pengurus Pergunu dari 34 provinsi ini mengusung tema 'Guru Mulia Membangun Peradaban Dunia'.
"Kedudukan Pergunu begitu strategis. Karena masa depan bangsa ini ada di tangan para guru. Para guru yang menentukan seperti apa generasi yang akan datang. Andai kata generasi yang akan datang tidak baik, itu berarti ada kegagalan di tangan para guru. Tantangannya seperti itu," kata Wapres dalam ceramahnya di lokasi, Jumat, 3 Juni 2022.
Ma'ruf Amin mengambil contoh Nabi Muhammad SAW. Menurutnya, nabi umat Islam itu juga termasuk guru yang dididik langsung oleh Allah SWT. "Beliau berhasil mengubah masyarakat Arab yang jahiliyah menjadi masyarakat yang baik hanya dalam waktu 23 tahun. Tugas ulama melanjutkan tugas para nabi," terangnya.
Seperti kata orang Jawa, lanjut Ma'ruf, guru adalah digugu dan ditiru. Artinya, para guru haruslah bisa dibenarkan omongannya dan ditiru perilakunya. Menurutnya, para guru harus memberi teladan yang baik kepada murid-muridnya.
"Tugas guru itu bagaimana menjaga umat, yang kedua memberdayakan umat. Tantangan kita menjaga anak-anak agar tidak rusak, agar cara berpikirnya, perilakunya tidak menyimpang," tegasnya.
Kemajuan teknologi informasi, menurut Ma'ruf, juga menjadi tantangan berat yang dihadapi para guru masa kini. Di satu sisi, generasi bangsa, termasuk para santri harus menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi informasi. Sehingga tidak ketinggalan zaman di era digital.
Di sisi lain, ada bahaya dari kemajuan teknologi informasi. Yaitu munculnya disinformasi atau informasi yang tidak benar atau berita bohong (hoax). Oleh sebab itu, Wapres berpesan kepada para guru harus mampu mencegah berbagai dampak negatif dari disinformasi akibat kemajuan teknologi informasi.
"Yang harus kita cegah jangan sampai (hoax) digunakan untuk memengaruhi pikiran masyarakat dalam rangka penyesatan, membuat keraguan dan perpecahan. Hati-hati ini sudah mulai Pilpres, sudah mulai terjadi pelan-pelan. Ini tugas guru memberikan pengertian kepada murid-murid kita," jelasnya.
Wapres berharap, para guru saat ini mampu mencetak generasi yang kuat. Ia mewanti-wanti jangan sampai para guru justru meninggalkan generasi yang lemah di bidang akidah, pendidikan, ekonomi dan kesehatan.
"Kita harus bisa meninggalkan generasi yang kuat. Rasulullah berpesan, mukmin yang kuat lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah," tandasnya.