Bangun Peradaban Islam Pasca Covid-19 dengan Pola Pikir Rasul
Lahirnya sebuah peradaban bersumber pada cara berpikir. Ini yang menjadi dasar pandangan dunia dan akhirnya membentuk ideologi. Apabila ingin membangun kembali peradaban Islam pasca pandemi Corona Virus Disease-2019 (Covid-19), menurut Wakil Presiden Ma'ruf Amin, cara berpikir harus sesuai dengan ajaran Nabi Muhammad SAW.
“Langkah utama yang perlu dilakukan adalah mengkonstruksi ulang cara berpikir yang benar sesuai yang diajarkan Rasulullah kepada para sahabatnya, kemudian dirumuskan oleh para ulama di era tabi’in (murid Sahabat Nabi yang tidak hidup di masa Nabi Muhammad) dan tabi’ut tabi’in (pengikut tabi’in),” ujar Wakil Presiden (wapres) Ma’ruf Amin ketika memberikan tausiah Ramadan bertajuk “Membangun Peradaban Islam Pasca Pandemi Covid-19”, pada Minggu 10 Mei 2010.
Penerapan cara berpikir yang diajarkan Rasulullah, lanjut Ma'ruf Amin, peradaban Islam pernah mencapai masa kejayaannya. Pada masa itu lahir berbagai ilmu pengetahuan yang menjadi dasar peradaban modern saat ini.
“Di saat peradaban Islam menjadi supremasi peradaban dunia, lahir berbagai ilmu pengetahuan yang menjadi dasar peradaban modern saat ini. Seperti ilmu kedokteran, fisika, aljabar, astronomi, dan sebagainya.
Namun akhirnya sunnatullah (ketetapan Allah) berlaku, peradaban Islam menurun dan kemudian peradaban Barat menggantikannya sampai dengan saat ini,” papar Wapres.
Cara berpikir wasathi (jalan tengah) yang mampu menjadikan Islam mencapai masa kejayaannya. “Cara berpikir yang moderat, dinamis, tetap dalam koridor manhaj (aturan yang jelas dalam agama) dan tidak ekstrim,” terang Ma'ruf Amin.
Cara berpikir tersebut merupakan cara berpikir yang lurus, sehingga kata Ma'ruf Amin, jalannya tidak melenceng. Sebagaimana hal tersebut dilafalkan ketika seorang muslim beribadah salat, yakni ihdinas shiraathal mustaqiim, tunjukkanlah kami jalan yang lurus.
“Artinya tunjukkanlah itu bisa berarti supaya kita ditetapkan tidak bergeser, di jalan yang lurus, jalan yang tengah, bukan yang melenceng ke kanan maupun ke kiri,” ujarnya.
Wapes menjelaskan bahwa melenceng ke kanan merupakan cara berpikir yang berlebihan dalam beragama tanpa dibarengi dengan ilmu (ifrathi), terutama ilmu tentang metode pemahaman nash (al-manhaj fi fahmi an-nushus) sebagaimana diajarkan Rasulullah.
Sehingga terkungkung dengan pemahaman tekstual saja terutama dalam memahami nash (dalil yang mempunyai makna jelas).
Sementara melenceng ke kiri, Ma'ruf Amin menguraikan, yaitu pemikiran yang lebih cenderung materialistis-sekuler dan mengabaikan prinsip keagamaan (ruuh diiniyyah).
Oleh karena itu, Ma'ruf Amin menegaskan, untuk membangun kembali peradaban Islam adalah dengan cara mengembalikan cara berpikir wasathi, cara berpikir yang lurus dengan ciri mengamalkan manhaj yang diwarisi ulama terdahulu dan mengakomodasi manhaj baru yang lebih baik.
“Cara berfikir wasathi dapat menjadi pijakan kuat kita untuk membangun kembali peradaban Islam yang kuat supaya kita kembali menjadi apa yang disebut oleh Allah SWT dalam Alquran. Kalian adalah umat terbaik yang lahir bagi umat manusia yng akan menjadi contoh, menjadi saksi bagi seluruh manusia,” pesan wapres.