Wapres Ajak Umat Konghucu Turut Ciptakan Pemilu Damai
Bangsa Indonesia tengah menantikan penyelenggaraan Pemilihan Umum (Pemilu) 2024, untuk menentukan pemimpin nasional dan daerah, serta anggota legislatif. Untuk menyukseskan perhelatan besar ini, diperlukan dukungan dari segenap elemen bangsa Indonesia, termasuk umat Konghucu.
“Saya mengajak semua pihak turut menyukseskan agenda nasional yang penting ini. Para tokoh agama Konghucu agar berperan lebih dalam mendukung terciptanya pemilu yang sejuk dan damai. Umat Konghucu juga diharapkan mampu menggunakan hak politiknya secara bertanggung jawab,” imbau Wakil Presiden (Wapres) K.H. Ma’ruf Amin saat menghadiri Perayaan Nasional Hari Raya Tahun Baru Imlek 2575 Kongzili secara daring, dari Kediaman Wapres, Jalan Diponegoro Jakarta Pusat, Senin 12 Februari 2024.
Dalam acara yang digelar oleh Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (MATAKIN) bertajuk “Malu bila Tidak Tahu Malu, Menjadikan Orang Tidak Menanggung Malu” tersebut, lebih jauh Wapres menekankan, bangsa Indonesia harus mampu menunjukkan kepada dunia, bahwa Indonesia sebagai bangsa yang besar dan matang dalam berdemokrasi, sekaligus bangsa yang dewasa dalam mengelola perbedaan dan mampu bangkit dari keterpurukan.
“Kita harus berupaya dan saling mendukung untuk tumbuh lebih kuat, mandiri, sejahtera, dan berkelanjutan,” ujar Wapres.
Dengan kematangan dan kedewasaan bangsa ini dalam berdemokrasi, Wapres meyakini, Indonesia akan selalu dianugerahi para pemimpin yang mampu menyatukan berbagai perbedaan dan juga memanfaatkannya sebagai salah satu pilar kekuatan untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045.
Oleh karena itu, ia berharap, Tahun Baru Imlek kali ini seyogianya disambut sebagai momentum perbaikan diri, peningkatan integritas, serta penguatan komitmen berbangsa dan bernegara yang lebih baik guna menghadapi tantangan tersebut.
“Kepada segenap umat Konghucu, kiranya selalu mampu memperbarui diri, berpartisipasi aktif, dan berkontribusi positif di tengah kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara,” ajak Wapres.
Selain itu, ia meminta seluruh organisasi masyarakat berbasis agama, termasuk MATAKIN, terus berperan dalam menjaga kerukunan antarumat beragama serta membangun kesatuan dan keutuhan nasional demi kesejahteraan masyarakat.
“Dukungan dari semua pihak, termasuk peran tokoh agama dan umat Konghucu, akan menjadi sebuah stimulus bagi pemerintah untuk bekerja lebih maksimal demi kemajuan bangsa,” ujar Wapres optimis.
Menurutnya, kerukunan dan persatuan di tanah air, salah satunya, dapat diperkuat melalui budaya malu yang telah tertanam di masyarakat Nusantara secara turun-temurun.
“Rasa malu merupakan sifat fundamental untuk terwujudnya kebaikan sekaligus untuk menciptakan jarak dari keburukan. Seseorang yang memiliki rasa malu akan takut melakukan tindakan yang tidak sesuai norma, nilai, dan etika. Dengan demikian, ia tidak akan melakukan perbuatan yang menyakiti sesamanya,” kata Wapres mengingatkan.
Oleh karena itu, ia juga mendorong peran seluruh pemuka agama, termasuk pemuka agama Konghucu, dalam membudayakan rasa malu di kalangan umat.
“Ajaran, nasihat, dan edukasi kepada umat terus diperlukan, agar rasa malu dalam diri individu mampu berkembang menjadi sebuah tata nilai komunal yang mengukuhkan identitas bangsa. Dengan demikian, keteraturan, kerukunan, dan persatuan bangsa ini senantiasa terpelihara,” ucap Wapres.
Sebelumnya, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas menyatakan, untuk pertama kalinya, tahun ini Kementerian Agama memfasilitasi perayaan nasional Hari Raya Tahun Baru Imlek 2575 Kongzili sebagai wujud kepedulian negara dan pemerintah terhadap umat Konghucu dan terjalinnya hubungan yang harmonis di antara sesama warga bangsa.
“Konghucu adalah salah satu elemen bangsa yang ikut memperkuat persatuan nasional. Negara mengakui keberadaan agama Konghucu sama seperti agama lain dan menjamin hak umat Konghucu untuk mengamalkan ajaran agama dengan mengekspresikan nilai-nilai budayanya di tanah air yang kita cintai ini,” tutur Yaqut.
Selanjutnya, Ketua Umum MATAKIN Budi Santoso Tanuwibowo mengungkapkan bahwa bangsa ini mempunyai harta yang sangat berharga berupa persatuan yang telah dibangun selama 350 tahun. Modal penting Indonesia ini diharapkan tidak rusak hanya karena konstestasi politik dalam Pemilu 2024.
“Jangan sampai bangsa ini terpecah-belah hanya karena kepentingan sesaat. Kita membangunnya 350 tahun, ditambah 78 tahun, dan kita pun belum puas. Jangan, jangan, jangan sampai kalau apa yang kita takutkan itu [bangsa terpecah-belah] terjadi,” harap Budi.
Advertisement