Walikota Got, Walikota Paving, Lalu Walikota Marketer, Why Not!
Satu lagi museum di Surabaya selesai dibangun. Museum olah raga. Yang sebelum lebaran diresmikan Walikota Surabaya Eri Cahyadi bersama Menteri Sosial Tri Risma Harini.
Museum itu memang salah satu legacy Bu Risma. Yang selama dua periode dengan hebat memimpin Surabaya. Banyak warisan yang ditinggalkan. Termasuk Jembatan Wonokromo yang juga baru dibuka.
Memang demikianlah seorang pemimpin daerah yang baik. Yang bisa menorehkan banyak tinggalan yang bisa dikenang. Selalu harus ada monumen yang berdiri selain kebijakan yang menguntungkan rakyatnya.
Ada banyak daftar bangunan yang monumental selama dua periode kepemimpinan Bu Risma. Jalan di atas laut di Kenjeran bersama air mancur bernyanyinya. Museum HOS Cokroaminoto. Dan masih banyak lagi daftarnya.
Stadion Gelora Bung Tomo (GBT) yang dibangun Pak Bambang DH direnovasi Bu Risma. Gelora 10 Nopember juga menjadi baik karenanya. Belum lagi Gelora Pancasila yang hampir saja hilang dan beralih ke pihak swasta.
Eh lupa.
Gedung Balai Pemuda juga makin menjadi ikon kota yang cantik. Beserta parkir bawah tanah dan Alun-Alun yang keren untuk cangkrukan di tengah kota. Kawasan Balaikota juga menjadi arena hijau yang menyegarkan.
Sejalan dengan itu, kalangan swasta juga tak berhenti membangun. Pusat-pusat bisnis menjadi destinasi yang makin memukau. Mulai dari Tunjungan Plasa di tengah kota sampai dengan Galaxy Mall di timur dan Pakuwon Mall di barat.
Belum lagi Ciputra World yang menjadikan Jalan Mayjen Sungkono sebagai tempat hangout yang menyenangkan. Makin banyak kawasan di Surabaya yang menjanjikan kesenangan mata dan lidah bagi yang cukup duit untuk menikmatinya.
Beruntung Surabaya selalu punya walikota hebat. Dulu ada Pak Purnomo Kasidi yang dikenal dengan Walikota Got. Sebab, di eranya ia membenahi saluran-saluran air yang ada di kota. Sehingga mengurangi kemungkinan banjir di kota ini.
Lalu ada Pak Bambang DH yang dikenal sebagai Walikota Paving. Sebab, beliau menggerakkan pavingisasi jalan-jalan di kampung di seluruh pelosok Surabaya. Juga banyak melakukan pembebasan jalan macet serta menghilangkan kekumuhan Wonokromo dan sekitarnya. Penghijauan di mana-mana.
Saya beruntung berkesempatan membantu Pak Bambang DH sebagai wakilnya. Ikut memoles kehebatan beliau dengan mengemas sejumlah destinasi wisatanya. Dengan branding Sparkling Surabaya yang "ditiru" Korea dengan Sparkling Koreanya.
Saya rasa Bu Risma tepat disebut sebagai Walikota Pembangun. Sebab, dialah yang banyak membangun bangunan baru atau memperbaiki bangunan lama di Surabaya. Menjadikan banyak bangunan kusam berubah cerah karena tangan dinginnya.
Kehebatan Bu Risma tentu menyulitkan positioning walikota penggantinya. Ikon apa yang mungkin bisa diwariskan setelah sebelumnya banyak hal hebat telah ditinggalkannya? Akankah walikota penggantinya hanya akan dikenal sebagai walikota penerus Bu Risma?
Saya kira tidak. Sudah banyak program yang disiapkan penggantinya: Pak Eri Cahyadi. "Saya sedang menyiapkan pembangunan kota lama. Ada dua kawasan yang kami persiapkan untuk renovasinya," katanya dalam obrolan sepintas suatu ketika.
Ia dengan detil mengungkapkan gagasan kota lama yang akan digarapnya. Tapi sebaiknya tak usah disebutkan sekarang. Biar nanti memberi efek kejutan. Ketika gagasan tersebut mulai diimplementasikan. Ketika kota tua mulai dibangun.
Tapi Pak Eri bisa lebih dari itu. Ia bisa menjadi walikota marketer Surabaya. Walikota yang getol memasarkan potensi-potensi kotanya. Mulai dari destinasi wisatanya, museumnya, dan layanan kesehatan yang unggul di kota ini.
Peran ini yang agak diabaikan walikota pendahulunya. Sehingga banyak sesuatu yang dibangun baru tapi pemanfaatannya yang belum dioptimalkan. Banyak potensi yang bisa digenjot untuk menghasilkan "devisa" daerah terabaikan.
Untung --ini khas cara berpikir manusia Jawa-- kita harus mengerem kerumunan di masa pandemi. Yang mewabah dunia sejak tahun lalu. Jadi menggenjot pemasaran kota Surabaya menjadi kehilangan relevansi. Betapa pun banyak potensi dipunyainya.
Namun, sudah saatnya kita menyongsong masa normal berikutnya. Sehingga ketika masa itu tiba, kita sudah langsung melejitkan kunjungan ke Surabaya. Dengan berbagai destinasi dan event yang menghadirkan banyak orang ke Surabaya.
Barangkali Pak Eri perlu menghidupkan lagi Surabaya Tourisme and Promotion Board (STPB). Lembaga semi swasta yang dulu efektif sekali "menjual" Surabaya. Juga efektif merangkul kalangan swasta bergerak bersama menghidupkan pariwisata kota.
Itu secara kelembagaan.
Atau membikin lembaga baru. Yang isinya kalangan profesional pariwisata dengan birokrat Pemkot. Ini kolaborasi penting. Yang satu diambil spirit kreatifnya, satunya spirit prudent untuk menjaga profesional yang terlibat tak menyimpang dari aturan.
Jadi tidak harus STPB yang dihidupkan kembali. Hanya lembaga ini dulu sudah punya perwakilan di beberapa negara. Yang bertugas melobi dan memasarkan potensi wisata Surabaya. Bahkan melobi maskapai untuk singgah maupun mengubah jadwalnya.
Yang penting, kota sebesar Surabaya harus punya lembaga yang bertugas khusus memasarkan Surabaya ke luar. Membranding ulang kotanya secara kekinian. Sehingga bisa menarik banyak orang datang ketika masa normal tiba.
Tentu tidak hanya sekadar mendirikan lembaganya. Tapi juga mengalokasikan anggaran pemasaran. Yang kalau di kalangan swasta minimal 5 persen dari hasil omsetnya. Kalau di pemerintahan, bisa 5 persen dari penerimaan Pajak Hotel dan Restorannya.
Pak Eri punya potensi menjadi Walikota Marketer Surabaya. Memasarkan segala potensi yang ada. Yang telah dibangun oleh para pendahulunya. Biar tidak sekadar menjadi monumen yang mati. Tapi monumen yang menjadi destinasi.
Memasarkan Surabaya juga sangat bermakna bagi kalangan swasta yang ikut getol membangun Surabaya. Dengan pusat perbelanjaan maupun tempat-tempat kuliner yang ngangeni bagi banyak orang dari luar kota.
Mereka pasti gampang diajak berpartisipasi. Jika Pak Walikota mempelopori untuk menghidupkan kembali dunia pariwisata kota Surabaya. Karena dari makin banyaknya kunjungan, investasi mereka diharap cepat kembali.
Setelah Walikota Got, Walikota Paving, Walikota Pembangun, why not jika harus menjadi Walikota Marketer Surabaya? Go...go...Pak Eri!
Advertisement