Walikota Ingatkan SDA Tidak Dieksploitasi Berlebihan
Sumber Daya Alam (SDA) adalah segala sesuatu yang berasal dari alam yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Pada umumnya SDA berdasarkan sifatnya dapat digolongkan dapat diperbarui dan tidak dapat diperbarui.
Hal itu diungkapkan Walikota Habib Hadi Zainal Abidin saat membuka Forum Group Discussion (FGD) Pemetaan Potensi Sumber Daya Alam di Paseban Sena, Kamis, 8 April 2021.
"SDA yang dapat diperbarui adalah kekayaan alam yang dapat terus ada selama penggunaannya tidak dieksploitasi berlebihan. Tumbuhan, hewan, mikroorganisme, sinar matahari, angin dan air adalah beberapa contoh SDA yang dapat diperbarui. Walaupun jumlahnya sangat berlimpah di alam, penggunaannya harus tetap dibatasi dan dijaga untuk dapat terus berkelanjutan," kata Habib Hadi.
SDA tidak dapat diperbarui adalah SDA yang jumlahnya terbatas karena penggunaannya lebih cepat daripada proses pembentukannya dan apabila digunakan secara terus menerus akan habis.
"Minyak bumi, emas, besi, dan berbagai bahan tambang lainnya pada umumnya memerlukan waktu dan proses yang sangat panjang untuk kembali terbentuk sehingga jumlahnya sangat terbatas," ujarnya.
Inovasi teknologi, kemajuan peradaban dan populasi manusia, serta revolusi industri telah membawa manusia pada era eksploitasi SDA sehingga persediaannya terus berkurang secara signifikan, terutama pada satu abad belakangan ini.
Kota Probolinggo merupakan dataran rendah dengan ketinggian 4-36 meter di atas permukaan laut dengan 56,667 km2. Berdasarkan elevasi (ketinggian dari permukaan laut), dataran di Kota Probolinggo terdiri dari 0 m - 4 m = 18,80 % 4 m - 36 m = 81,20 % Kecamatan Mayangan mempunyai ketinggian terendah dengan 0-4 meter di atas permukaan laut (DPL).
Wilayah Kota Probolinggo dialiri enam sungai, yaitu Kali Kedunggaleng, Umbul, Banger, Legundi, Kasbah dan Kali Pancur. Sungai-sungai tersebut mengalir sepanjang tahun, mengalir dari arah selatan ke utara sesuai dengan kelerengan wilayah.
Iklim dari empat stasiun pengamatan hujan di Kota Probolinggo, terpantau hujan turun selama 11 bulan di sepanjang tahun 2020.
"Berdasarkan karakteristik wilayah tersebut, maka dapat terlihat sepintas potensi sumber daya alam di Kota Probolinggo, terutama di sektor perikanan (wilayah pesisir) dan sektor pertanian (tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan)," katanya.
Namun demikian, seiring dengan terjadinya perubahan iklim, semakin bertambahnya jumlah penduduk serta pergeseran orientasi mata pencaharian penduduk menyebabkan terjadinya penurunan kualitas dan kuantitas sumber daya alam di Kota Probolinggo.
"Pelaksanaan FGD ini adalah sebagai dasar dalam penentuan arah perencanaan pengelolaan sumber daya alam berkelanjutan di daerah perkotaan sehingga Pengelolaan Sumber Daya Alam lebih terfokus, terarah dan berkelanjutan," kata Kepala Bappeda Litbang Kota Probolinggo, Tartib Gunawan.
FGD diikuti sebanyak 50 orang yang terdiri dari berbagai unsur yakni, camat dan lurah se-Kota Probolinggo. Juga kelompok nelayan, kelompok pemuda tani, kelompok sadar wisata (Pokdarwis), dan Gabungan Himpunan Petani Pemakai Air (GHippa).
Adapun narasumber FDG adalah Plt. Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Probolinggo dengan materi "Potensi Sektor Pertanian dan sektor Perikanan di Kota Probolinggo".
Juga narasumber Kasi konservasi lingkungan hidup pada bidang konservasi dan pertamanan di Dinas Lingkungan Hidup Kota Probolinggo dengan materi "Konservasi Sumber Daya Alam".
Advertisement