Wali Kota Serahkan Proposal Pembangunan RS ke Presiden
Keinginan Kota Probolinggo memiliki rumah sakit (RS) tipe B yang representatif sudah digulirkan sejak tiga periode walikota sebelumnya, namun belum terwujud.
Di masa Wali Kota Hadi Zainal Abidin obsesi itu kembali dicuatkan bahkan dengan menyerahkan langsung proposal pembangunan RS tersebut langsung kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi).
"Benar, hari ini saya bertemu langsung Presiden Jokowi di Istana Negara untuk menyerahkan proposal pembangunan rumah sakit tipe B di Kota Probolinggo," ujar wali kota via selularnya, Rabu, 15 Mei 2019.
Dikatakan selain merupakan impian warga kota sejak lama, pembangunan RS tipe B itu tercantum dalam visi-misi Habib Hadi, panggilan akrab Hadi Zainal Abidin saat menjadi Cawali Probolinggo beberapa waktu lalu.
Semasa Wali Kota Probolinggo dijabat HM. Buchori, Pemkot Probolinggo bahkan sudah menyiapkan lahan sekitar 5 hektare di Kelurahan Sumberwetan untuk bakal lokasi RS. Tetapi karena permohonan dana dari pusat tidak juga turun, rencana pembangunan RS tipe B itu tinggal rencana.
Habib Hadi mengaku, optimistis pembangunan RS tipe B itu bisa terwujud apalagi setelah Menteri PPN/ Bappenas Bambang Brojonegoro yang datang ke Probolinggo menjanjikan, anggaran RS tersebut pada 2020.
"Rencana ini juga sudah didukung perencanaan pembangunan di tingkat nasional dan regional Jatim, dan tentu saja Pemkot Probolinggo," ujar politisi PKB itu.
Disinggung kapan pembangunan fisik RS dimulai, Habib Hadi belum bisa memastikan. "Yang jelas, proposal sudah kami serahkan Presiden Jokowi. Mudah-mudahan, pembangunan rumah sakit segera terwujud," ujarnya.
Berdasarkan tinjauan geografis, perlu dibangun RS tipe B di Kota Probolinggo. Apalagi letak Probolinggo di tengah-tengah antara Jember-Malang, juga Jember-Surabaya, yang notabene sudah memiliki RS tipe B.
"Sehingga kelak, rumah sakit tipe B di Probolinggo bisa menerima rujukan pasien dari Situbondo, Bondowoso, hingga Lumajang," ujar Habib Hadi.
Selama ini juga ada pasien dengan kondisi parah, karena pertimbangan sarana-prasarana dan sumber dana manusia (dokter), biasanya dirujuk ke RS di Jember, Malang, hingga Surabaya.
RSUD dr Mohamad Saleh sendiri selama ini kondisinya tidak representatif karena terlalu sempit. Ketersediaan ruangan sering membuat pasien kelas III sampai berjubel (overload).
Hal senada sebelumnya juga diakui Dirut RSUD dr Mohamad Saleh, drg Rubiyati. Dikatakan
tidak semua pasien bisa langsung masuk ke ruang rawat inap dan harus menunggu di IGD. Penyebabnya karena minimnya ruang perawatan, bukan karena tidak ditangani atau ditolak oleh petugas RSUD.
"Tidak ada yang dibiarkan dan tidak ditangani. Memang pasien banyak karena kami juga melayani rujukan dari luar daerah. Kebanyakan pasien kelas 3 sedangkan kelas 3 sering full. Tapi tidak sampai ditolak, tetap kami rawat," ujarnya.
Terkait rencana relokasi RSUD di belahan selatan Kota Probolinggo, Rubiyati mendukung keputusan wali kota. “Memang wajar biar rumah sakit luas dan bisa menampung semua pasien,” katanya. (isa)
Advertisement