Wali Kota Malang Akui Kolam Renang Gajayana Tak Memadai
Wali Kota Malang, Sutiaji, mengakui bahwa fasilitas kolam renang sebagai tempat latihan atlet kurang memadai. Hal ini menyusul Kolam Renang Gajayana milik Pemkot Malang kondisinya sudah tidak representatif.
Hal itu diakui oleh Sutiaji. Menurutnya, sejak dibangun pada 2009 lalu, kondisi Kolam Renang Gajayana tidak terawat. Beberapa kerusakan menimpa kolam renang tersebut.
"Seperti contohnya mesin air sudah tidak layak, sudah tua kondisinya, maka harus ganti baru," ujarnya pada Rabu 20 November 2019, saat membuka Kompetisi Renang Wali Kota Cup 2019, di Kolam Renang Universitas Negeri Malang (UM).
Untuk perbaikan Kolam Renang Gajayana tersebut, Sutiaji mengatakan, anggaran dimasukkan ke perubahan anggaran keuangan (PAK) 2020. Kolam Renang Gajayana sendiri rencananya akan dirombak sesuai kolam renang tipe C atau berstandar nasional.
"Untuk tipe C itu saja butuh Rp 60 miliar. Untuk saat ini memang kondisinya akan seperti itu. Akan segera diperbaiki. Kira-kira tahun 2022 kolam renang itu baru bisa dipakai kembali," terangnya.
Di tempat yang sama, Plt Kepala Dinas Kepemudaan dan Olahraga (Dispora) Kota Malang, Ida Ayu Made Wahyuni pun mengatakan demikian. Kondisi mesin yang parah menjadi pertimbangan penutupan kolam renang.
"Terakhir, perbaikan di tahun 2009, sama ahlinya masih bisa diakal. Tapi kalau yang sekarang benar-benar rusak dan suku cadang mesinnya sudah nggak ada karena tipe lama," ungkapnya.
Sementara itu, salah satu orangtua siswa, Martha Nur Bayina, warga Jalan Bandulan, Kota Malang, mengeluhkan kondisi tersebut, karena selama ini tiga anaknya yang merupakan atlet renang di tingkat SMP dan SMA kesulitan mencari tempat latihan.
"Ya sekarang paling pindah latihannya ke kolam renang rampal sama di Lanud Abdulrachman Saleh. Itupun di Lanud harus malam. Jadwalnya kacau. Biasanya anak saya bisa latihan bareng sekarang malah tidak bisa," terangnya.
Keluhan serupa disampaikan, Terin Dwi, Perempuan asal Pasuruan itu merasa berat hati ketika buah hatinya yang atlet renang tingkat SMP harus pindah tempat latihan. Jarak rumah dari Kelurahan Arjowinangun menuju Kolam Renang Rampal dirasa cukup jauh.
"Kalau di sana atlet tetap harus bayar, nggak kayak di Gajayana. Masuk Lanud Abdulrachman Saleh saja Rp15 ribu, lalu di Rampal Rp10 ribu. Sedangkan anak saya latihannya hampir setiap hari, kecuali hari libur," tutupnya.
Advertisement