Wali Kota Kediri Pastikan Atlet Senam Shalfa Bersekolah Lagi
Atlet senam asal Kediri, Jawa Timur, Shalfa Avrila Siani dipastikan mendapat sekolah baru di SMA Negeri 7 Kediri.
Hal tersebut diucapkan oleh Wali Kota Kediri Abdullah Abu Bakar. Pemilihan SMAN 7 Kediri lantaran lokasinya yang dekat dengan rumah Shalfa.
"Sebelumnya sekolah di Gresik. Dan saya tawarkan beberapa waktu lalu ke anaknya, dan dia mau milih di Kediri saja. Akhirnya saya carikan yang dekat dengan rumahnya," ucap Abdullah di Gedung Negara Grahadi, usai pertemuan dengan Wagub Jatim, Emil Dardak serta Banggar DPR RI, Senin 9 Desember 2019 siang.
Abdullah menjelaskan, pihaknya cukup mudah untuk memproses pemindahan sekolah Shalfa karena bantuan dari Pemprov Jatim, khususnya dari Dinas Pendidikan Jatim yang notabene mengurusi sekolah SMA di Jawa Timur.
"Tidak sulit untuk mendapat sekolah baru, karena memang kita sudah koordinasi dengan Dispendik Jatim," katanya.
Untuk saat ini, lanjut Abdullah, pihaknya sudah menyiapkan psikologi untuk memulihkan kepercayaan diri Shalfa serta semangatnya untuk tetap berkarir di olahraga senam.
"Pelan-pelan, memang patah semangat, kita sudah siapkan psikolog," pungkasnya.
Sebelumnya, pihak KONI Jatim memastikan akan memberikan bantuan untuk mengembalikan kondisi psikis atlet senam, Shalfa Avrila Siani, setelah tuduhan tak perawan yang dia terima.
Atlet senam ini kian terpukul menyusul pencoretan dirinya dari tim senam proyeksi SEA Games 2019 Filipina.
Ketua KONI Jatim, Erlangga Satriagung, menyanggupi akan membantu pemulihan psikis Shalfa yang drop setelah dua kejadian besar tersebut.
"Kami punya 20 psikolog di KONI Jatim, tentu kami akan melakukan pendampingan," kata Erlangga beberapa waktu lalu.
Erlangga mengatakan, perbaikan mental atlet senam Jatim ini harus cepat karena lima bulan ke depan dia sudah harus menjalani karantina Puslatda proyeksi PON 2020 di Papua.
"Kepentingan masa prestasi atlet adalah yang tertinggi, jadi kami akan bantu menyelesaikan masalah ini. Lima bulan ini yang sangat kritis untuk pengembalian mental dia, apalagi nanti dia harus berlatih kembali di Puslatda," imbuhnya.
Namun, Erlangga menyadari itu tidak mudah. Karena setiap atlet punya cara sendiri dalam membangkitkan mentalnya sendiri. Karena bantuan psikolog tidak akan efektif bila tidak ada keinginan kuat dari sang atlet.
"Jadi ada yang bisa cepat, ada yang sulit, karena memang setiap atlet tidak sama. Tapi harapan saya bisa, apalagi atlet ini punya bakat," tambah Erlangga.