Waktu Utama Makan Sahur ala Rasulullah dan Para Sahabat
Makan sahur sangat disunahkan bagi orang yang berpuasa. Dalam sebuah hadits dikatakan, “Sahurlah karena di sana terdapat keberkahan”. Makan sahur merupakan keringanan (rukhsah) bagi orang yang ingin mengerjakan puasa.
Menahan haus dan lapar seharian penuh tentu sangat memberatkan. Karenanya, Allah SWT mensyariatkan makan sahur dan buka puasa agar ibadahnya tidak terlalu berat. Allah SWT sangat suka terhadap orang yang mengerjakan sesuatu yang sudah diringankan-Nya.
Nabi Muhammad SAW sangat menganjurkan kepada umatnya untuk mengakhirkan sahur. Anjuran Nabi ini terdapat dalam banyak hadits. Misalnya hadits riwayat Ahmad, “Umatku berada dalam kebaikan selama menyegerakan berbuka dan mengakhirkan sahur”.
Menurut Abu Bakar Al-Kalabazi, maksud dari mengakhirkan sahur tersebut ialah makan sahur di sepertiga terakhir malam. Dalam kitabnya Bahrul Fawaid disebutkan:
Artinya, “Nabi SAW pernah ditanya, ‘Malam apa yang paling didengar (doa)?’ ‘Sepertiga terakhir malam,’ tegas Nabi SAW.
"Berdasarkan keterangan ini, tampaknya tujuan dari mengakhirkan sahur itu bukan semata makan dan minum, tetapi mesti diiringi dengan ibadah lainnya, seperti shalat, dzikir, dan berdoa. Sebab itulah waktu terbaik untuk beribadah, terutama berdoa."
Dalam hadits lain, Nabi SAW berkata, ‘Mengakhirkan sahur ialah bagian dari fitrah.’ Kemungkinan yang dimaksud mengakakhirkan sahur di sini ialah mengerjakannya pada sepertiga terakhir malam. Karena pada waktu itu doa, ampunan, dan hajat dikabulkan Allah SWT.”
Berdasarkan keterangan ini, tampaknya tujuan dari mengakhirkan sahur itu bukan semata makan dan minum, tetapi mesti diiringi dengan ibadah lainnya, seperti shalat, dzikir, dan berdoa. Sebab itulah waktu terbaik untuk beribadah, terutama berdoa.
Dilihat dari kebiasaan Nabi Muhammad SAW sendiri, Beliau sangat terbiasa bangun tengah malam dan shalat malam. Sangat dimungkinkan jika Nabi SAW beribadah terlebih dahulu, baru makan sahur menjelang waktu subuh.
Berdasarkan kesaksian Hudzaifah, ia pernah makan sahur bersama Nabi Muhammad SAW saat menjelang subuh, (HR Ibnu Majah).
Kesaksian Hudzaifah ini diperkuat oleh pengakuan Zaid bin Tsabit. Zaid pernah sahur bersama Nabi Muhammad SAW kemudian setelah itu shalat berjamaah. Ketika ditanya, berapa lama jarak antara selesai makan dan shalat, Zaid menjawab, “Kisaran membaca lima puluh ayat,” (HR Ibnu Majah).
Dengan memperhatikan berbagai pendapat dan riwayat ini, dapat disimpulkan bahwa waktu paling baik makan sahur ialah di sepertiga terakhir malam, terutama menjelang waktu subuh. Usahakan jarak antara makan dan waktu subuh tidak terlalu dekat, supaya makannya tidak terburu-buru da nada kesempatan untuk menyikat gigi. Wallahu a’lam. (nuo)