Wakil Walikota Surabaya, Whisnu Sakti Jalani Isolasi Mandiri
Maksud hati ingin memberikan semangat dan mendengar keluhan warga Surabaya saat menjalani karantina, Wakil Walikota Surabaya, Whisnu Sakti Buana malah harus menjalani karantina mandiri.
Cerita Whisnu Sakit Buana yang harus menjalani karantina mandiri ini berawal beberapa hari yang lalu. Saat itu, Whisnu Sakti Buana mengunjungi 15 orang warga Kedungturi Surabaya yang selesai menjalani karantina di salah satu hotel di kawasan Gubeng Surabaya,
Selain ingin memberikan semangat kepada warga yang selesai menjalani karantina, Whisnu juga ingin mendengar keluh-kesah warga saat menjalani karantina di hotel tersebut. Benar saja, apa yang disampaikan warga kepada Whisnu ternyata berbeda dengan laporan yang diterimanya.
Banyak warga yang mengeluhkan soal tidak adanya pendampingan tenaga perawat, selimut, hingga vitamin dan makanan. Laporan dari warga ini tentu saja membuat Whisnu kaget.
"Saya jadi tahu ternyata kondisinya seperti itu. Karena laporan yang sampai ke kami yang bagus-bagus saja. Ini temuan di lapangan," katanya Whisnu, Rabu 3 Juni 2020.
Whisnu menyatakan, atas laporan warga itu, dia sudah melaporkan kepada Walikota Surabaya, Tri Rismaharini.
Namun, bukan itu yang membuat Whisnu Sakti Buana menjadi kaget. Kaget 'paling parah' yang dialami Whisnu adalah saat dikabari Puskesmas Kedungdoro yang meralat hasil test warga yang selesai menjalani karantina itu. Ralat itu baru disampaikan setelah Whisnu Sakti Buana melakukan kunjungan.
Dalam ralat tersebut, Puskesmas Kedungdoro menyebut dari 15 orang yang dikunjungi Wisnu Sakti Buana ternyata lima di antaranya dinyatakan positif.
Dampaknya, Whisnu Sakti Buana pun harus menjalani karantina mandiri.
"Ini saya laporkan kepada Bu Wali, kenapa Dinkes bisa kecolongan memulangkan warganya yang masih berstatus positif. Saya juga minta izin untuk menjalani karantina mandiri. Saya menyampaikan juga agar Bu Wali berhati-hati dan menjaga kesehatan," katanya.
Namun, kejadian seperti ini,-- yang memaksa harus karantina mandiri, dianggap Whisnu sebagai resiko seorang pemimpin.
"Tidak apa-apa. Karantina itu hal biasa. Ini resiko ketika turun menguatkan warga di perkampungan. Mendengar apa perkembangan maupun kekurangan kami di pemerintah kota. Saya mohon doanya," katanya.
Advertisement