Wakaf Diri bagi Kedamaian Bangsa
oleh: Nasaruddin Umar
Nama Prof KH Nasaruddin Umat, disebut-sebut pantas tampil sebagai cawapres pada Pilpres 2024. Ada yang mengusulkannya untuk mendampingi Capres Ganjar Pranowo.
Tokoh kelahiran Sulawesi Selatan, 23 Juni 1959, Wakil Menteri Agama periode 2011-2014, akhirnya memberi penjelasan soal dirinya. Disampaikan pada konferensi internasional untuk perdamaian global di Jakarta, Minggu 21 Mei 2023 (Redaksi):
Tanpa ketenangan tidak mungkin Indonesia bisa bersaing di kancah global. Saya akan mewakafkan diri saya untuk bangsa yang saya cintai ini supaya tenang, sejuk, damai. Tanpa ada ketenangan, kesejukan, kita tidak mungkin bisa bersaing dengan bangsa lain secara global.
Saya akan mendedikasikan diri untuk masjid karena sudah menikmati keadaannya saat ini. Pokoknya saya hanya bekerja di tempat saya yaitu masjid, saya sudah menikmati keadaan saat ini, karena saya bekerja bagaimana agar menciptakan bangsa ini menjadi tenang, tidak mungkin bangsa bisa berprestasi kalau terus berkonflik.
Selama ini, saya dan Masjid Istiqlal sudah memiliki keterlibatan fungsional dengan pemerintah. Jadi secara fungsional saya udah memfungsikan diri bersama teman-teman, membantu pemerintah dalam pembangunan bangsa.
Setiap umat, tak peduli agama apa pun, memiliki tanggung jawab bagaimana merekatkan bangsa yang utuh agar bisa menghasilkan prestasi yang besar di masa depan. Coba kita lihat Sudan, Afghanistan, konflik-konflik internal itu jangan dibiarkan, kita harus ada orang yang lakoni itu. Saya berbahagia karena teman-teman umat beragama bisa bekerja sama dengan saya selama ini.
Selama ini Masjid Istiqlal juga telah berdiri sebagai rumah bangsa Indonesia dan menjalin komunikasi dengan siapa pun tanpa memandang suku, agama, ras dan golongan, bahkan pandangan politik.
Kita tidak boleh ada simbol-simbol partai politik di Istiqlal, kita tidak akan pernah mengizinkan partai politik manapun masuk di Istiqlal. Justru dengan begitu kita bisa melakukan sesuatu dengan lintas agama, bisa menawarkan apa yang kita anggap baik tanpa beban apa pun.
Tidak perlu kami menyampaikan apa saja yang sudah dilakukan selama menjadi Imam Besar Masjid Istiqlal. Bagi saya, cukup langit memahami, tidak perlu bumi memahami.***