Wajik Kletik, Jajanan Tradisional Kediri Diburu Jelang Lebaran
Ada jajanan tradisional Kediri yang dikenal memiliki cita rasa luar biasa. Namanya Wajik Kletik. Jajanan tradisional ini terbuat dari bahan kelapa, ketan, dan gula merah. Jajanan ini biasanya menjadi camilan yang umum disuguhkan saat momen Lebaran atau Hari Raya Idul Fitri.
Produsen Wajik Kletik asal Desa Kewadusan, Kecamatan Plosoklaten, Kabupaten Kediri, Restu mengatakan, memulai usahanya sejak tiga tahun yang lalu, atau 2018 silam. Hal ini berawal dari saat itu tak sengaja memosting jajanan wajik kletik di salah satu media sosial.
Kemudian jajanan Wajik Kletik itu mendapat respon banyak dari teman-temannya di Facebook. Hingga akhirnya, Restu memutuskan untuk membuat Wajik Kletik. Pesanan jajanan Wajik Kletik miliknya semakin laris menjelang Hari Raya Idul Fitri.
"Saya sudah habis bahan ketan 350-400 kilogram," ujarnya kepada Ngopibareng.id.
Menurut Restu, untuk memenuhi permintaan dari konsumen, dia mengajak tetangganya, tujuh orang ibu rumah tangga untuk membantu membuat jajanan Wajik Kletik. "Jumlah total yang kerja sama saya ada tujuh orang. Kerjanya dari pukul 7 pagi sampai 4 sore," ungkapnya.
Menariknya, usaha milik Restu ini sudah mampu dipasarkan ke luar negeri, mulai Hongkong dan Taiwan. "Untuk penjualan ke Hongkong dan Taiwan rata-rata 20 kilogram untuk sekali pesanan," jelasnya.
Selain mampu dipasarkan di luar negeri, jajanan tradisional wajik kletik milik Restu juga diminati banyak masyarakat dalam negeri. Penjualan di dalam negeri mencakup wilayah Jawa, hingga luar pulau seperti Bali, Jambi, Makasar hingga Sorong Papua.
"Kalau di Jawa biasa saya kirim ke Surabaya, Jakarta, Bandung, Blitar. Untuk luar Jawa saya kirim ke Bali, Pekanbaru Riau, Kalimantan, Makassar dan pernah ke Papua," tutur Restu.
Untuk memanjakan selera pelanggan, Restu sengaja membuat tiga varian rasa buah Wajik Klethik yakni nanas, stroberi, dan pandan. Wajik Kletik dagangan Restu dipatok harga mulai Rp50 ribu per kilogram.
Dari Wajik Kletik yang memiliki ketahanan masa konsumsi hingga satu bulan ini, Restu bisa mengantongi keuntungan hingga belasan juta rupiah dalam satu bulan. "Tergantung pesanan juga mas, kalau sekarang sudah ada Rp11-15 juta setiap bulannya," terangnya.
Apalagi mendekati momen Lebaran seperti saat ini, Restu menghabiskan bahan baku ketan hampir 20 kilogram perhari. Jumlah ini lebih banyak jika dibandingkan hari biasa yang hanya menghabiskan sekitar 5 kilogram perhari.
Terdampak Covid-19
Sementara itu, Restu mengaku bahwa usahanya Wajik Kletik Ning Restu laris manis dalam tiga bulan terakhir. Tak dipungkiri, Wajik Kletik terkena imbas pandemi Covid-19. Larangan mobilitas membuat jumlah wisatwatan yang biasa memborong oleh-oleh Wajik Kletik pun berkurang.
"Jelas kenal dampaknya mas, karena biasanya ini jajanan untuk oleh-oleh juga. Orang kalau pesan ini 70 kg sehari, terus waktu awal pandemi, pesannya cuman 30 kg," bebernya.
Namun, Restu bersyukur keadaan mulai berangsur normal. Dia juga berharap dengan usahanya ini bisa menjadi ladang penghasilan bagi dirinya dan tetangganya.
"Alhamdulillah dengan usaha ini banyak ibu-ibu yang bisa saya ajak kerja. Apalagi sekarang mau cari kerja susah," pungkasnya.