Wajib Pakai Masker atau Denda Rp1,7 Juta
Pemerintahan Inggris akan mulai mewajibkan penggunaan masker untuk warganya, pada Jumat 24 Juli 2020. Aturan baru ini dinilai cukup efektif untuk menertibkan warga yang "bandel" selama pandemi corona atau Covid-19. Pemerintah akan memberikan denda jika ada warga yang melanggar.
Berdasarkan aturan baru, warga Inggris diwajibkan untuk mengenakan masker ketika berbelanja di toko atau supermarket dan berada di dalam ruangan. Warga yang melanggar akan dikenakan denda sebesar 100 Euro atau sekitar Rp1,7 juta.
Akan tetapi, Metropolitan Police Federation mengungkapkan aturan baru ini cukup mustahil untuk diterapkan secara menyeluruh. Alasannya, sulit bagi pihak kepolisian untuk menangkap semua orang yang tidak menggunakan masker.
"Kecuali kami secara fisik menjumpai itu, tak banyak yang bisa kami lakukan," ujar Kepala Metropolitan Police Federation, Ken Marsh.
Penerapan aturan ini memang dilaksanakan oleh para petugas kepolisian. Akan tetapi, Marsh berharap pihak toko atau swalayan pun turut bekerjasama dan menerapkan aturan baru ini.
"Kami berharap penjaga toko juga memandang penting hal ini, memastikan orang-orang tidak datang tanpa sebuah masker," ujar Marsh menambahkan.
Hal ini senada dengan pandangan yang diungkapkan oleh National Police Chiefs' Council atau NPCC. Mereka berharap keterlibatan polisi menjadi jalan terakhir dalam penerapan aturan penggunaan masker di Inggris.
Di sisi lain, sejumlah peneliti Akademi Kedokteran Inggris memperingatkan soal risiko gelombang kedua pandemi Covid-19 pada musim dingin. Kondisi tersebut dapat membahayakan ratusan ribu nyawa jika krisis musim dingin dan Covid-19 terjadi bersamaan.
Jumlah kematian akibat gelombang dua Covid-19 di musim dingin diprediksi bisa mencapai 120 ribu pasien selama september-Juni 2021.
“Diperlukan langkah antisipasi guna mencegah ancaman tersebut. Termasuk aturan penggunaan masker yang diwajibkan bagi seluruh warga,” tegas Marsh.
Pemerintah Inggris juga disarankan menyiapkan skema bertahan lainnya di musim dingin. Caranya dengan peningkatan tes Covid-19 dan sistem pelacakan. Solusi lainnya ialah menyiapkan skema vaksinasi flu dan sistem pemantauan penyakit secara nasional.
"Dengan rendahnya kasus Covid-19 saat ini, maka inilah peluang penting menyiapkan diri menghadapi skenario terburuk di musim dingin," ujar Stephen Holgate, kepala peneliti yang juga Professor dari University Hospital Southampton.
Stephen Holgate yang memimpin studi ini mengatakan angka kematian 120.000 jiwa bukan prediksi, tetapi kemungkinan yang dilihat berdasarkan permodelan menggunakan parameter angka perkiraan orang yang terinfeksi atau reaktif.