Wajah Islam Indonesia, dalam Pernikahan Putri Joko Widodo
PERNIKAHAN yang mengundang perhatian. Muhammad Bobby Afif Nasution telah resmi menikah dengan putri Presiden Joko Widodo, Kahiyang Ayu. Ijab Qabul dilaksanakan di Graha Saba Buana, Banjarsari, Surakarta, Jawa Tengah, Rabu (8/11/2017) sekitar pukul 09.00 WIB.
Sebelum ijab qabul, Bobby memberikan mas kawin kepada Kahiyang. Acara dilanjutkan dengan khutbah nikah yang disampaikan Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj.
Usai 'menyerahkan' putri semata wayangnya ke Bobby, Jokowi langsung berkicau seperti ini:
"Alhamdulillah, ijab qabul pernikahan Kahiyang dan Bobby Nasution berjalan dengan lancar. Mohon doa, agar mereka selalu dipenuhi dengan cinta dan kasih sayang, membangun keluarga yang baru -Jkw," cuit akun @jokowi.
Ada yang menarik dalam pernikahan tersebut: yang menyampaikan khutbah nikah adalah Ketum PBNU Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj, sedangkan yang membacakan doa adalah Ketum Muhammadiyah DR. Haedar Nashir.
Dua Pimpinan ormas besar tersebut masing-masing menyelipkan pesan ormas yang dipimpinnya. Kiai Said dalam khutbah nikahnya secara tidak langsung menjelaskan definisi Islam Nusantara. Syarat dan rukun nikah merupakan ajaran Islam yang tauqifi (taken for granted), sementara resepsi pernikahan adalah bagian dari kebudayaan Nusantara. Islam Nusantara tak lain adalah persenyawaan antara ajaran Islam dengan tradisi Nusantara yang tidak menghilangkan prinsip-prinsip dasar agama.
Selanjutnya Haedar Nasir dalam doanya mendoakan pasangan mempelai memiliki rumah tangga yang kokoh serta mendapatkan keturunan yang sholih dan sholihah serta bermanfaat bagi bangsa, negara, dan agama Islam yang berkemajuan. Artinya, Islam berkemajuan adalah islam aplikatif, bagaimana mengaplikasikan ajaran Islam ke dalam tindakan konkret.
Dua konsep yang ditawarkan dua ormas besar, yang menjadi representasi Islam di Indonesia, ini jika disatukan maka akan menjadikan negeri ini berada di depan atas negeri-negeri lain.
Dengan Islam Nusantara, anak-anak bangsa yang mayoritas beragama Islam ini tak kehilangan jati dirinya sebagai bangsa Indonesia, selain budaya adalah faktor yang merekatkan bangsa ini dari perpecahan. Dan pada saat yang sama kita mampu mengplikasikan perintah-perintah dalam kitab suci ke dalam tindakan kongkret. Perintah menyantuni fakir miskin, diaplikasikan dengan membangun ekonomi umat, lembaga keuangan Islam dll.
Wajah Islam Indonesia itu pun bisa dilihat dari hadirnya KH Ma’ruf Amin (Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia, yang juga Rais Am PBNU) dan tokoh Muhammdiyah Syafii Maarif. Sekaligus, sebagai saksi Wapres M Jusuf Kalla dan Darmin Nasution. (adi)
Advertisement