Wahyu Nugroho; Bermain di Ruang Gelap
Biasanya, seseorang yang memiliki banyak peran akan sering mengalami stres. Tapi kebiasaan tersebut sangat bertolak belakang dengan sosok Wahyu Nugroho. Perannya yang mencakup segala ranah profesi kehidupan, seperti yang disebutkan oleh Zuhkhriyan Zakaria pada teks kuratorial pameran tunggal Wahyu pada 2019, antara lain sebagai bapak, perupa, penyair, pegiat seni, kontributor media sosial, dan motivator. Hingga tahun 2023 peran-peran tersebut masih dijalani dengan riang, sungguh-sungguh, dan penuh dedikasi.
Perjalanannya dalam dunia seni yang telah mendarah daging sejak lama tidak lantas menjadikan Wahyu jenuh atau hal semacamnya yang biasanya dialami orang-orang yang terperangkap dalam rutinitas. Justru semakin tahun, motivasinya semakin bertambah dan beragam. Ia senantiasa memotivasi orang-orang yang memiliki potensi di bidang seni rupa yang ada di sekelilingnya agar disiplin dan rajin dalam proses kehidupan berkesenian melalui inisiatif-inisiatif yang disampaikan. Seperti saat ini, inisiatif-inisiatifnya ia sampaikan dengan mengajak teman-temannya antara lain Awan Pamungkas, Garis Edelweiss, Saiful Ulum, Sihabudin, dan Yoes Wibowo berpameran bersama ber-enam dengan tajuk 'Berlabuh Sukacita' yang akan dilaksanakan tanggal 13-20 Mei 2023 di Dewan Kesenian Malang. Itu merupakan perannya sebagai penggiat seni dan motivator.
Bentuk inisiatif Wahyu lainnya yaitu menjadi penggerak seni dengan mendirikan sebuah organisasi seni rupa bersama teman-temannya dan menjadi pembina. Organisasi seni rupa tersebut antara lain; di Pasuruan Raya, bernama KGSP (Komunitas Guru Seni dan Seniman Pasuruan) yang memiliki event tahunan Gandheng Renteng sejak 2009, dan organisasi di desanya Lakemar yang sekarang berubah menjadi Purwosari, bernama ALKMAART (Aliansi Kreator Mahardhika Art) yang juga memiliki event tahunan. Tahun ini akan menghelat event ke-5.
Kecintaannya pada dunia seni hingga mengalir dalam urat nadi kehidupannya juga menjadikan Wahyu berkecimpung dalam dunia sastra, sastra jawa, khususnya parikan. Ia menjadi salah satu penggiat parikan dan karyanya sudah diterbitkan dalam bentuk beberapa buku. Kesenangannya pada menulis itu juga sering kali terpampang pada dinding-dinding media sosialnya, yang ajaibnya tak jarang kalimat yang dituliskan menjadi nyata. Entah karena ia bisa membaca dinamika dan terjadi begitu saja atau kalimat itu dengan sungguh-sungguh ia wujudkan.
Bergeser pada bidang lainnya yang masih dalam ranah seni, bapak dari dua anak itu juga memiliki ketertarikan pada dunia pernafasan dan meditasi, yang kemudian ia tularkan kepada teman-temannya. Lagi-lagi Wahyu bersama temannya, seorang pendekar yang menguasai pencak silat aliran Cimande dan Bawean, pada 1994 mendirikan sebuah lembaga pelatihan. Lembaga itu bernama Lembaga Pencak Silat dan Pernapasan Mintorogo (LPSP Mintorogo). Selang beberapa tahun lembaga tersebut tersebar di berbagai kota di Jawa Timur saat itu. Sepertinya Wahyu Nugroho diutus ke dunia untuk mendedikasikan hidupnya pada kesenian.
Pengalamannya berlatih pernafasan dan meditasi tersebut kemudian ia aplikasikan pada proses penciptaan karya seni rupa. Proses yang dilakukan yaitu lebih mengandalkan pada kekuatan intuisinya.
Wahyu gemar berkarya seni rupa sejak kecil dan menghelat pameran perdananya pada 1984 bersama teman-temannya yang memiliki kelompok bernama Mahardhika. Style karya yang pernah dikerjakan antara lain surealis dekoratif, drawing dengan media pensil, dan saat ini menekuni style intuitive drawing menggunakan media akrilik di atas kanvas.
Proses berkarya intuitive drawing seolah seperti proses penciptaan gaya abstrak ekspresionis, tetapi kemudian dilanjutkan dengan teknik rinci. Teknik rinci yang dimaksud berupa teknik arsir hingga menghadirkan rasa estetik yang pas. Ketika ia sudah 'masuk' dan melakukan 'dialog' secara intens dengan karya yang sedang dikerjakan, komposisi dan citra bentuk seolah-olah hadir dengan sendirinya. Kemudian diperjelas dengan gelap-terang atau perbedaan warna.
Wahyu menjelaskan, proses berkaryanya yang spontan yaitu sebelumnya ia tidak memiliki bayangan atau rencana apapun yang hendak dihadirkan dalam bentuk 'apa' atau akan mengangkat tema 'apa'. Ia menuangkan media karya secara bebas, tidak membayangkan bentuk-bentuk tertentu atau yang terpendam dalam ingatan. Proses awal tersebut bisa dalam bentuk goresan-goresan garis, sapuan warna, tumpahan cat, atau yang lainnya. Keyakinan sebebas-bebasnya menggoreskan garis atau menyapukan warna, terlebih selama proses berkarya terdapat intensitas penghayatan, sampai hadir citra bentuk-bentuk tertentu adalah ekspresi atau letupan dari; spiritualitas, suasana batin, kepribadian, renungan, pengetahuan, dan pengalaman dari perjalanan hidupnya dalam berhubungan dengan Tuhan, alam, dan manusia.
Bagaimana bentuk-bentuk yang akan muncul pada karya Wahyu berdasarkan intuisinya? Selengkapnya di pameran 'Berlabuh Sukacita' yang akan dihelat pada 13-20 Mei 2023 di Dewan Kesenian Malang, Jl. Majapahit No.3, Kauman, Kec. Klojen, Kota Malang Jawa Timur 65119.
*Kharisma Nanda Zenmira, penulis seni di Pasuruan
Advertisement