Wahai Pilot Muda, Introspeksi Dirilah
Managing Director Lion Air Group, Putut Kuncoro, mengungkapkan sebenarnya manajemen Lion Air setiap tahun membutuhkan sekitar 300 pilot pemula. Namun, ketika proses rekrutmen dilaksanakan, jumlah pilot yang lolos seleksi tak sesuai kebutuhan.
Dia mencontohkan di tahun 2017 kemarin. Lion Air Grup membuka dua kali rekrutmen, yakni di bulan Juni 2017 dan Desember 2017. Dari 300 lowongan, hanya ada 57 pilot yang memenuhi kualifikasi dan dinyatakan lolos seleksi.
“Saya enggak bisa bilang sekolahnya tidak baik. Sebetulnya ini faktor pilotnya sendiri, mau melamar harusnya mempersiapkan dirinya dengan baik,” ujar Putut di Jakarta, Rabu 24 Januari kemarin.
Putut mengatakan untuk memenuhi kebutuhan itu pihaknya kemudian mengambil pilot dari luar negeri.
Pernyataan Putut ini hampir sama dengan pernyataan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi dalam forum yang sama. Kata dia, Kementerian Perhubungan telah menutup dua sekolah pilot karena dinilai tidak bisa mencetak pilot-pilot berkompeten dan memiliki daya saing.
"Dua sekolah yang sudah kita tutup, satu lagi menyusul bulan depan. Kita sudah peringatkan selama satu tahun," kata Budi dalam forum yang sama.
Budi menyebutkan masih ada sekitar 600 tenaga pilot AB Initio yang belum terserap karena sejumlah faktor, salah satunya yaitu tidak bisa bersaing dan mendapatkan pekerjaan sebagai pilot di maskapai. Pilot AB Initio merupakan pilot yang baru menyelesaikan pendidikan di sekolah pilot dan mendapat lisensi untuk menerbangkan pesawat komersil, namun belum memiliki pengalaman terbang dan pengalaman terbangnya hanya ketika di sekolah penerbangan.
Karena itu, dia memerintahkan kepada pilot AB Initio untuk meningkatkan kompetensi dan mengoreksi diri (self correction) karena sudah masuk sekolah penerbangan membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
"Bagi maskapai, kompetisi itu ketat, baik keilmuan maupun kepribadian. Jangan hanya ingin pakai kacamata hitam, jaket kulit, tapi harus melakukan `self-correction`. Tanya pada diri sendiri apakah sudah maksimal," katanya.
Selain itu, Budi juga memberikan peringatan kepada 18 sekolah pilot yang ada di Indonesia untuk memenuhi standar kurikulum yang sudah diatur dalam undang-undang. Apabila, lanjut dia, sekolah-sekolah penerbangan tersebut tidak mampu untuk memenuhi standar itu semua, maka diinstruksikan untuk melakukan penggabungan sekolah (merger).
"Sekolah itu harus berlomba-lomba menjadi baik, kalau enggak mau `merger`, supaya kualifikasi pendidikan membaik, hasil membaik, bukan cari duit saja," katanya.
Direktur Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara Kemenhub Muzaffar Ismail mengatakan pihaknya sudah menyurati delapan sekolah pilot yang dinilai tidak memenuhi kualifikasi. "Hasil audit tahun lalu, ada delapan sekolah penerbangan yang kita surati karena tidak memenuhi. Februari mendatang akan kita evaluasi," katanya. (amr)