Wahabi Kuat Usai Bersekutu dengan Kakek Raja Salman
Surabaya: Paham keagamaan Wahabi yang dikembangkan Ibnu Abdul Wahab berkembang seiring dengan berkuasanya Muhamad Ibnu Saud, kakek Raja Salman bin Abdul Azis al-Saud. Ibnu Saud dikenal sebagai pimpinan keuatan politik dan militer.
Menurut The Concise Encyclopedia of Islam yang sudah diterbitkan RajaGrafindo Persada Jakarta (1996), Ibnu Abdul Wahab lahir di Uyaynah, Aarabia. Ia termasuk klan Tamim, cabang suku Banu Sinan. Imam Wahabi ini pernah mengembara ke iran dan Irak setelah belajar di Madinah.
Setelah mengembara, ia kembali ke daerah asalnya dan menyebarkan ajarannya yang keras. Namun, ajarannya mendapat perlawanan hebat. Ia bertahan beberapa lama sampai mendapat tempat di desa Sir’iyyah di padang pasir Najd, dekat kota Riyad saat ini. Di tempat itu, ia sudah dilindungi Emir Muhammad Ibnu Saud, yang namanya kemudian diabadikan menjadi nama negara iri Saudi Arabia.
Ajarannya semula mendapat tentangan keras karena ia menuduh seluruh orang yang tak sependapat dengan ajarannya sebagai ahlal bid’ah dan kafir. Pahamnya yang membenarkan penggunaan kekerasan mendorongnya untuk menyatakan ‘’perang suci’’ untuk sesama muslim.
Untuk tujuan pahamnya yang membenarkan kekerasan itu, tulis Ensiklopedi karangan Cyril Glasse ini, Muhammad Ibnu Abdul Wahab juga mengajarkan teknik menggunakan senjata api sebagai ganti senjata tradisional pada pasir seperti pedang dan tombak.
Hubungan antara Ibnu Abdul Wahab dan Ibnu Sa’ud makin kental dengan perkawinan anak perempuan pemimpin militer itu dengan anak pendiri Wahabisme. Perkawinan ini pula yang menandai awal ekspansi militer di bawah kepemimpinan Abdul Azis, putra Ibnu Saud. Itu terjadi di awal tahun 1800-an.
Mula-mula, klan Ibnu Sa’ud yang bersekutu dengan pendiri Wahabisme tersebut berhasil menguasai Karbala, makam suci Husain Ibnu Ali dan Makkah. Perlawanan penguasa Usmani Turki terhadap ekpansi Ibnu Sa’ud dan Wahabisme ini tak membuahkan hasil. Paham Wahabi terus berkembang dengan dukungan klan Sa’ud. (bersambung/tim ngopibareng)